Noordin Diduga Pakai Cadar
Densus 88 Gunakan Teknik Tandan PisangRabu, 29 Juli 2009 – 06:50 WIB
Tak lama kemudian, polisi menggerebek sebuah rumah kontrakan di dekat kawasan Unisba, Bandung. Namun, polisi hanya menangkap angin. Karena duet bomber Malaysia tersebut baru beberapa jam sebelumnya telah keluar. Diduga untuk lebih mengamankan, Dr. Azahari dan Noordin sengaja memisahkan diri, meski tetap erat berkomunikasi.
Jejak Noordin pernah terlacak di Medan, sekitar awal 2003. Ketika itu, polisi juga menangkap Tomi Togar dan Sardona Siliwangi, kedua anggota JI yang terlibat perampokan toko emas untuk pembiayaan aksi terornya. Namun, lagi-lagi polisi menangkap angin. Kedua anggota JI itu ditangkap, tapi Noordin lolos. Duet keduanya kemudian menghasilkan serangan Bom Marriott I pada 2003 dan Kedutaan Australia pada 2004. Keduanya diyakini bergerak terus berpindah-pindah. Mulai dari kawasan Wonosobo, Boyolali, Serang, Cilacap, hingga kemudian masuk ke Jawa Timur pasca serangan Bom di Kedutaan Australia. Buktinya, Noordin sempat menikahi Munfiatun, wanita asal Bangil, yang kemudian sempat dihukum.
Lama tak terlacak, polisi kemudian mendapati jejaknya di kawasan Surabaya. Dipercaya bergabung dengan Azahari, pada 2005 Noordin kemudian bersembunyi di sejumlah rumah di kawasan Tambakasri, Sidotopo Lor, Kedinding, dan Pulo Wonokromo. Tak sekedar bersembunyi, tapi juga menyiapkan serangan bom dan mengirim sejumlah bahan peledak ke Poso. Tapi seperti biasa, polisi terlambat. Bukan hanya beberapa jam seperti di Unisba, tetapi malah beberapa hari. Di Surabaya, polisi sempat tersandung masalah. Ini setelah Syaifudin Umar alias Abu Fida, warga Sidotopo yang diduga pernah menyembunyikan keduanya dan diamankan, tiba-tiba pulang dalam kondisi "setengah gila" dengan baju acak-acakan di RSU dr. Soetomo.