Nyatanya tak Ada yang Tembus
Seandainya yang memenuhi passing grade tidak banyak, bagaimana menentukan kelulusan?
Kalau yang lulus passing grade sedikit sudah pasti kelulusannya kita ukur berdasarkan rangking. Hanya saja kita punya batasan nilai terendah berapa. Seluruh soal itu skornya 500. Kalau poinnya 400 berarti nilainya delapan, sedangkan poin 250 nilainya lima. Paling tidak nilai enam atau tujuh lah kalau misalnya delapan susah. Kan lucu kalau peserta yang lulus hanya mendapatkan nilai lima. Di sekolah SD-SMA, angka lima kan merah.
Jadi kita tetap ambil terendahnya enam atau tujuh, meski konsekuensinya banyak formasi yang kosong. Ini harus kita lakukan karena yang kita inginkan PNS itu diisi putra-putri bangsa yang otaknya brilian.
Terkait CAT, ada rencana pemerintah memberlakukan sistem tersebut di seluruh instansi pada 2014. Apakah ada jaminan semua daerah melaksanakannya, mengingat kabupaten/kota itu hampir 500-an?
Tahun ini kita belum wajibkan, tahun depan sudah wajib karena dengan CAT, kelulusannya bisa dijamin. Para calo maupun kepala daerah yang ingin utak-atik angka kelulusan tidak bisa lagi karena tes selesai, nilainya langsung terpampang. Mana bisa ada permainan sementara tesnya dengan komputer. Siapapun bekingannya tidak akan bisa mengubah hasilnya.
Jadi sekali lagi tolong kepada masyarakat agar jangan percaya dengan calo, apalagi sampai rela membayar ratusan juta. Tidak ada yang bisa mengubah hasil CAT, saya pun seorang menteri tidak bisa.
Saya sering sosialisasikan ke mana-mana kalau mau jadi PNS cukup modal pintar saja dan tidak pakai uang atau orang dalam. Kalau ada yang berani mengatasnamakan KemenPAN-RB atau BKN agar bisa lulus, jangan dipercaya. Jangan sungkan-sungkan melaporkannya ke aparat hukum. Sebab bukan jamannya lagi melamar CPNS pakai duit.
Bagaimana dengan daerah yang memiliki keterbatasan dana untuk pengadaan CAT?
Itu tidak bisa dijadikan alasan. Karena CAT itu lebih murah daripada sistem LJK. Kalau LJK bisa kenapa CAT tidak bisa. Cuma memang ada beberapa kepala daerah yang enggan menggunakan CAT karena "mainannya" hilang. Anda tahu sendiri kan, manipulasi penerimaan CPNS di daerah banyak melibatkan kepala daerah. Dengan CAT otomatis mereka tidak bisa kongkalikong lagi.