Obituari Leo Kristi
Seniman Henry C. Widjaja dalam buku Celebrating the Moment: A Compilation of Photo Poems in Black & White menceritakan pengalamannya suatu kali menonton Konser Rakyat Leo Kristi yang bertajuk Puisi Gelap.
Menurut dia, meski diawali keterlambatan, sistem tata suara berdenging, gitar belum distem, senar putus dan nyanyi serampak yang tak kompak, penonton tak berhenti bersorak.
"Bahkan saweran agar Leo terus bernyanyi. Ada sesuatu yang lebih dari masalah teknis, yaitu menjadi saksi bagi jiwa yang bernyanyi," tulisnya.
Konser Rakyat mulai diproklamirkan Leo Kristi sejak pertengahan 1970-an. Formasi pertamanya Leo Kristi, Naniel, dan Mung. Serta dua gadis bersaudara Jilly dan Lita yang berperan sebagai penyanyi latar.
Formasi ini, tulis Denny, melahirkan album perdana Nyanyian Fajar yang diproduksi Aktuil Musicollection--majalah musik di Bandung yang melebarkan sayap ke dunia rekaman.
Dalam perjalanannya, formasi ini berubah-ubah. Beberapa nama yang silih berganti masuk antara lain, Otte Abadi, Komang, Cak Bagus, Tatiek, Yayuk serta dua bersaudara Nana dan Yana van Derkley.
"Bila semua nama disebut, bisa jadi panjang sekali. Mengingat tiap mengembara ke suatu daerah, dia selalu menemukan bibit-bibit baru yang kemudian disertakan dalam formasi Konser Rakyat Leo Kristi," ungkap Denny.
Tujuan Leo melakukan perjalanan demikian, menurut Espita, adalah semata-mata untuk dapat menghasilkan karya agung.