Open House
Oleh: Dahlan IskanTerpaksa saya menelepon Mas Nanang, ketua Begandring Surabaya. Yakni komunitas pecinta sejarah. Ia mantan wapemred JTV ketika Jawa Pos masih dipimpin oleh ayahnya AZA.
Mas Nanang pasti punya pakaian bersejarah. Tahun lalu, di ulang tahun Harian Disway ke-2, ia mengenakan pakaian intelektual Jawa masa lalu: blankon, jas putih, baju putih, dasi, bawahan kain batik, dan sepatu slop. Keren banget.
Saya pun dipinjami pakaian yang saya kenakan kemarin. Pagi-pagi ia datang memasangkan pakaian itu secara benar. Terutama ikatan di atas sepatu. Agak rumit. Gaya tentara Jepang di tahun 1945-an. "Cepetan, tamu sudah mulai datang," ujar ketua panitianya.
Acara ulang tahun kemarin itu diatur ala open house. Tamu boleh datang jam berapa saja.
Boleh pula pulang kapan saja.
Boleh sebentar, boleh juga lama.
Acaranya juga suka-suka tamu. Bisa mengobrol sesama tamu, ngobrol dengan awak Disway atau melihat-lihat hiasan ulang tahun.
Tentu boleh juga menyanyi di karaoke. Konsul Taiwan menyanyi lagu Aipia --yang juga dinyanyikan penziarah makam Gus Dur pekan lalu. Ia tambah lagi satu lagu: Alishan --Gunung Ali.