Pak Bill dan Jokowi
Oleh: Dhimam Abror DjuraidNamun, pemerintah Jokowi terlihat akan tetap mempertahankannya pada pemilu 2024.
Pilkada serentak pada 2020 juga dianggap sebagai iregularitas demokrasi. Perhelatan itu tetap dilaksanakan di tengah kondisi pandemi yang masih tinggi. Masukan dari komunitas kesehatan agar pilkada serentak ditunda, tidak diindahkan oleh Jokowi.
Pak Bill mengutip survei yang dilakukan Freedom House yang menempatkan Indonesia pada posisi ‘’partly free’’ pada 2005. Posisi itu bertahan sampai 2013 ketika Jokowi masih menjadi gubernur DKI.
Ranking Indonesia merosot pada 2017 setelah Jokowi menjadi presiden.
Dari skor tertinggi 65, skor Indonesia merosot menjadi 62 lalu turun lagi menjadi 61, dan kemudian terakhir hanya mengumpulkan skor 59. Untung Indonesia masih masuk dalam kategori ‘’partly free’’ meskipun rankingnya mepet.
Hasil penelitian Pak Bill ini jauh lebih bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dibanding tulisan Kishore Mahbubani yang tidak didasari dengan riset yang standar. Hasilnya berbalik 180 derajat. Mahbubani menyebut Jokowi jenius, tetapi Pak Bill menyimpulkan Jokowi jeblok.
Kalimat pertama tulisan Mahbubani mengatakan, ‘’berita buruk menyebar, dan berita baik tinggal di tempat’’. Tulisan Pak Bill ini masuk kategori baik atau buruk? Terserah Anda. (*)