Pakai Mesin Ketik Kuno, Siapkan Buku Keseratus
Selasa, 23 April 2013 – 16:14 WIB
Sedangkan Kartini, menurut Romo Tondo, merupakan sosok inspiratif. Tokoh yang dianggap sebagai ikon perjuangan perempuan Indonesia itu memang menyimpan banyak kontradiksi. Salah satunya, dia merupakan perempuan penentang poligami, tapi justru menjadi "korban" poligami. Ketika menikahi Kartini, Bupati Rembang Adipati Djojoadiningrat adalah lelaki dengan tiga selir dan tujuh anak.
Meski begitu, pemikiran-pemikiran Kartini dan gerakan yang diperjuangkannya (dengan mendirikan sekolah dan membuka akses pendidikan bagi perempuan Indonesia) sangat fenomenal. Korespondensinya dengan Estelle Zeehelandeer, feminis Belanda, selama empat tahun menunjukkan kegigihan Kartini dalam memperjuangkan emansipasi. Sejumlah pemikiran kontroversial ditulis dalam suratnya kepada sahabat penanya tersebut.
Sebagian bahkan menembus ruang dan waktu. Misalnya pemikirannya bahwa agama menjaga kita dari perbuatan dosa, tapi berapa banyak dosa yang manusia perbuat atas nama agama" Pada akhir abad ke-19, Kartini sudah berbicara tentang fundamentalisme dan radikalisme agama.
Kartono dan Kartini itulah, kata Romo Tondo, yang ikut membentuk pribadinya. "Saya menjadi jurnalis pada 1965 dan berstatus ambasador (perwakilan) bagi media-media Swiss," tutur dia.