Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Pakar Komunikasi Sebut Ada yang Mainkan Isu Konflik Israel-Palestina untuk Agenda Bisnis

Selasa, 21 November 2023 – 12:57 WIB
Pakar Komunikasi Sebut Ada yang Mainkan Isu Konflik Israel-Palestina untuk Agenda Bisnis - JPNN.COM
Dr. Satrio Arismunandar. Foto: Dok Pri untuk jpnn

“Itu kan tidak pernah ada diberitakan media,” ungkapnya.

Prinsip yang dinyatakan oleh Majelis Ulama adalah dalam kasus sengketa Israel dan Palestina, masyarakat tidak boleh mendukung Israel karena Israel adalah yang menjajah Palestina. Menurutnya, pernyataan fatwa MUI ini sebenarnya sama saja dengan kenapa Pemerintah Indonesia mendukung Palestina.

“Ya karena prinsipnya kita menentang penjajahan. Jadi ini bukan masalah agama sebetulnya, ini masalah penjajahan yang bukan konteks agama,” ujarnya.

Masalahnya kemudian, kata Satrio, banyak orang yang menerjemahkan prinsip yang disampaikan Majelis Ulama tersebut sesuka-sukanya. Ada yang menafsirkan bahwa kalau tidak mendukung Israel ya harus memboikot produk Israel.

“Nah, di sini saya harus menyampaikan begini. Dalam konteks dunia sekarang tidak ada satu produk yang murni dari satu negara. Dalam satu produk itu ada komponen-komponen dari berbagai negara,” katanya.

“Katakanlah kita meributkan masalah produk-produk Israel. Jangan-jangan HP yang kita pakai kemudian aplikasi/program yang kita gunakan juga unsur-unsur buatan Israel, bisa aja kan begitu. Kita punya televisi ternyata komponennya buatan Israel. Nah, itu sudah terjadi di semua produk, jadi itu complicated,” tambahnya.

Yang kedua, kadang-kadang orang menggunakan isu agama untuk suatu alasan tertentu. Misalnya membela muslim Palestina, tapi cara membelanya itu yang bagaimana.

“Kalau kita misalnya mau memboikot suatu produk di Indonesia, walaupun produk itu sepertinya mereknya asing, produk-produk itu sebetulnya sudah menggunakan bahan-bahan dari Indonesia,” katanya.

Misalnya saja McD, ayam yang digunakan di McD itu bukan dikirim dari Amerika dan dari Israel tapi McD itu memakai ayam yang disuplai oleh peternak-peternak ayam Indonesia sendiri. Begitu juga kalau minum kopi di Starbuck, kopi-kopi yang digunakan adalah yang diproduksi oleh Indonesia, mungkin dari Aceh Gayo, Mandailing, dan Toraja.

“Jadi, kalau kita memboikot 100 persen suatu produk, implikasinya itu berdampak pada petani-petani Indonesia dan keluarganya yang hidup dari produk-produk pertanian tersebut. Dan jangan lupa, kalau sampai usaha tersebut mati atau mem-PHK ratusan atau ribuan karyawan yang bekerja di sana, mayoritas karyawan yang bekerja di sana itu adalah orang Indonesia, dan saya juga bisa katakan itu mereka juga muslim,” tegasnya.

“Jadi, tujuan kita sebenarnya itu ingin membela muslim Palestina tapi membuat penderitaan bagi muslim Indonesia. Hal-hal begini yang harus dipikirkan,” tambahnya.

Nah, untuk menjelaskan hal-hal seperti ini yang menurut Satrio menjadi peran dari para media. Tapi kalau media sudah menjelaskan hal ini dengan berbagai macam perspektif dan kemudian orang masih mau memboikot, itu berarti media sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

“Tetapi media harus tetap memberi penjelasan yang cukup clear, komprehensif, menyeluruh, holistik dan apa adanya mengenai kondisi yang sebenarnya. Ini lho kondisinya, kalau anda melakukan begini implikasinya begini. Kalau anda begini, yang jadi korban ada ini,” tukasnya.

Dan yang terjadi sekarang ini adalah, karena media berpihak kepada perusahaan tertentu untuk kepentingan usahanya, akan banyak masyarakat kecil yang menjadi korban.

“Orang Indonesia sendiri yang jadi korban apabila boikot dilaksanakan secara serampangan, asal tabrak aja. Jadi, ini yang menurut saya perlu dijelaskan oleh media. Media jangan cuma memainkan isu konflik Israel Palestina ini hanya sekedar untuk sensasional,” katanya.(ray/jpnn)

Pakar Ilmu Komunikasi Satrio Arismunandar meminta agar media jangan cuma memainkan isu konflik Israel-Palestina untuk sensasional atau kepentingan perang dagang

Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News