Pakar Puji Gaya Komunikasi Gibran dan Kaesang Saat Hadapi Serangan
“Pertama, orang Jawa itu mendukung konsep harmoni. Ajaran-ajaran budaya Jawa tidak suka menyerang secara frontal. Ini melekat pada putra Presiden Jokowi. Mereka membawa tradisi politik Jawa dalam komunikasi politiknya,” ujar Widiya, Rabu (2/10/2024).
Menurut Widiya, dari perspektif komunikasi budaya, apa yang dibawa dari budaya itu dikomunikasikan kepada publik sesuai tradisi yang diterima dari budaya sekitar dan diwariskan orang tua.
“Jadi, sulit untuk berharap bahwa Kaesang dan Gibran akan baper terhadap ejekan, fitnah, dan segala hal negatif yang mereka terima,” ujar Widiya.
Kedua, Widiya menjelaskan Gibran dan Kaesang adalah bagian dari generasi milenial yang akrab dengan dunia digital dan informasi.
Keduanya dinilai berhasil memanfaatkan media sosial dengan efektif untuk merespons publik dengan gaya yang nyentrik.
“Jangan lupakan (bahwa) mereka adalah generasi native digital. Perspektif komunikasi mereka sangat dipengaruhi dan dimainkan oleh media sosial sebagai platform politik mereka. Mereka membaca, mengenali, dan memengaruhi persepsi publik melalui media sosial,” ujarnya.
Selayaknya anak muda sekarang, kata dia, media sosial menjadi alat komunikasi dan transaksi gagasan. Komunikasi politik melalui media sosial menyerap informasi secara langsung, dan mereka tidak mudah terbawa perasaan.
Ketiga, Widiya menjelaskan Gibran dan Kaesang berkomunikasi dengan gaya milenial, namun tidak reaktif dalam menanggapi kritik yang ditujukan kepada mereka.