Pakar Puji Gaya Komunikasi Gibran dan Kaesang Saat Hadapi Serangan
Widiya menambahkan bahwa mereka mencoba bersikap santai dan tidak merasa perlu merespons kritik dengan kemarahan atau serangan balik kepada pihak yang mengkritik. Sikap ini secara tidak langsung menjadi "serangan balik" bagi para pengkritiknya, karena mereka tidak terprovokasi.
“Secara psikologis, Gibran dan Kaesang mengamati apa yang menjadi konsumsi publik, kemudian menampilkannya dengan gaya milenial mereka. Mereka menanggapi kritik secara santai, menjawabnya dengan bukti, dan tidak menghabiskan waktu untuk berbalas komentar politik,” paparnya.
“Tiga kondisi ini yang membentuk dan memengaruhi sikap politik mereka, sehingga membuat publik melihat mereka sebagai politisi yang penuh kedewasaan,” lanjutnya.
Selain itu, Widiya mengatakan bahwa dalam perspektif komunikasi politik, penggunaan rompi bertuliskan "Putra Mulyono" oleh Kaesang adalah bentuk humor politik yang mengekspresikan gaya politik santai, rendah hati, dan cenderung nyeleneh.
“Seperti yang saya katakan tadi, generasi milenial, zilenial, dan alpha punya cara tersendiri dalam menyampaikan pesan politik dan menjawab stigma negatif. Kaesang dengan gaya Jawa cenderung tidak membalas tudingan secara frontal,” ujarnya.
Widiya juga menyebutkan bahwa tradisi seperti ini bagus untuk membentuk budaya politik di masa depan, agar politik tidak lagi diwarnai oleh ketegangan, kemarahan, dan keributan yang merusak persatuan bangsa.
"Kaesang seakan mau bilang, ya ora popo mau kritik saya, tetapi saya juga punya cara sendiri menjawab apa yang orang stigma negatif ke saya, berpolitik gak usah baper-baperan, justru berpolitik riang gembira menjadi tujuan utama dari pesan Kaesang tersebut,” ujar Widiya.(fri/jpnn)