Pancingan Aceh Istanbul
Oleh Dahlan IskanMenu yang dipesan pun sesuai selera masing-masing. Giliran saya yang ditanya, saya ganti bertanya.
“Siapa yang mau pilihkan menu saya. Apa pun akan saya makan,” kata saya.
Seorang mahasiswi mengacungkan tangan. “Saya yang pilihkan. Nasi lemak,” katanya.
“Tamam,” kata saya.
Di Amerika OK adalah OK. Di Indonesia juga OK. Pun di Tiongkok, sekarang juga sudah pakai OK.
Hanya di Turki inilah. Saya tidak pernah mendengar kata OK. Tetap saja orang Turki pakai bahasa nasional: tamam.
Nasionalisme Turki itulah topik hangat pembicaraan di sore tahun baru itu. “Sampai-sampai di sini jarang yang bisa berbahasa Inggris,” ujar seorang mahasiswa.
Tentu ada topik lain: Islam di Turki. Di topik ini justru saya yang ingin lebih banyak mendengar.