Pandemi Corona Memperingatkan Manusia untuk Serius Menghadapi Perubahan Iklim
jpnn.com, JAKARTA - Dalam kehidupan manusia semuanya isi semesta saling berkaitan satu dengan yang lain. Seperti virus corona dan penyakit lainnya yang berasal dari binatang atau disebut penyakit zoonotic, dipicu oleh antara lain perubahan iklim, yang dalam kenyatannya masih kurang mendapat perhatian banyak pihak.
Menurut Direktur Environment Institute Mahawan Karuniasa, pandemi corona ini memperingatkan manusia untuk serius urus perubahan iklim dunia.
Ketua Jaringan Ahli Peribahan Iklim dan Kehutanan Indonesia atau APIK Indonesia Network tersebut menyampaikan hal itu saat membuka Indonesia Environment Talks 2020 yang diselenggarakan secara online oleh APIK Indonesia Network bekerjasama dengan Environment Institute pada Senin (13/4).
Topik dalam Indonesia Environment Talks 2020 yaitu Updated Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia, atau Rencana Pengendalian Perubahan Iklim Indonesia - Perubahan.
"Seperti diketahui bahwa berdasarkan Kesepakatan Paris, Indonesia telah menyampaikan komitmen aksi iklim global melalui dokumen pertama Rencana Pengendalian Perubahan Iklim Indonesia. Dokumen tersebut dinamakan First NDC Indonesia, yang berisi rencana mitigasi dan adaptasi dengan tahun 2030. Target mitigasi atau reduksi emisi gas rumah kaca yaitu 29% dengan kemampuan sendiri dan sampai dengan 41% dengan kemitraan international," ujar Mahawan.
Target global pengendalian perubahan iklim adalah menjaga agar rata-rata suhu permukaan bumi tidak meningkat lebih dari 20 Celcius.
Namun, ternyata Kesepakatan Paris belum menjamin tercapainya target tersebut. Kemudian pada 2018, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPPC), yang melibatkan ribuan para ahli dari seluruh dunia, menyatakan bahwa tidak lagi kurang dari 20 Celcius, tetapi 1,50 Celcius.
"Dasar inilah yang mendorong perlunya ambisi lebih untuk menghadapi perubahan iklim. Setiap negara dituntut untuk lebih berambisi dalam upaya reduksi emisinya," imbuhnya.