Pariwisata Bali Masih Tidak Menentu di Tengah Kemunculan Varian Omicron
Bahkan di bulan Oktober, saat Bali pertama kali dibuka kembali untuk turis asing setelah 18 bulan ditutup akibat pandemi COVID-19, tercatat hanya ada dua turis asing yang datang.
Padahal menjelang akhir tahun, biasanya Bali menjadi tujuan favorit berlibur bagi turis asing, termasuk asal Australia.
Peraturan yang menyebabkan pembatalan
Sejumlah laporan media asing, termasuk yang dikutip dari CNN Travel, menyebutkan turunnya minat turis asing ke Bali adalah karena warga asing harus mendapatkan visa yang harganya lebih mahal, melakukan tes PCR, serta aturan karantina hotel dan jarangnya jumlah penerbangan internasional.
Yenny Hartono, manajer Hotel dan Restoran Caldera di Kintamani mengatakan ia melihat peningkatan kegiatan ekonomi sejak Bali dibuka di pertengahan Oktober lalu, namun menurutnya situasi masih tidak menentu.
"Situasi masih naik turun. Tamu cukup baik [jumlahnya] ketika Lebaran lalu, namun kemudian turun drastis setelah adanya PPKM ketika kasus sedang tinggi-tingginya," ujar Yenny, yang baru mulai menangani hotel dengan 16 kamar vila dan sebuah restoran sejak bulan Juni lalu.
"Setelah pelonggaran kemarin sempat agak naik sedikit, namun menjelang akhir tahun ini setelah munculnya varian Omicron dan penetapan PPKM lagi, ada beberapa tamu yang membatalkan pesanan," kata Yenny kepada ABC.
Padahal menurut pengalamannya, masa liburan Natal dan Tahun Baru adalah masa di mana industri wisata di Bali biasanya mengalami lonjakan pemesanan akomodasi.
Yenny, yang pernah bekerja di restoran sebelum pandemi, mengatakan hal yang sulit diketahui saat ini adalah soal peraturan Pemerintah terkait COVID-19.