Parpol Pemain Isu SARA Bakal Kehilangan Suara
jpnn.com, JAKARTA - Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) Yudi Latif mengatakan, Indonesia merupakan bangsa yang bisa belajar cepat. Menurut dia, Indonesia memahami bahwa masalah bangsa, isu soal ketertinggalan, ketidakadilan, tidak bisa diselesaikan hanya dengan jalan melawan politisasi atas perbedaan-perbedaan identitas.
Cendekiawan muda itu menegaskan, di tengah banyaknya tantangan yang dihadapi saat ini, mestinya memfokuskan energi untuk hal-hal produktif. "Jangan energi nasional kita dihabisi untuk hal-hal saling memusuhi, saling melakukan persekusi, saling mengucilkan satu sama lain," kata Yudi di sela acara Pertemuan Kebangsaan Nation and Character Building Institute (NCBI) bertajuk Mengawal Demokrasi: Menolak Politik SARA, Merawat Kebinekaan di Matraman, Jakarta Timur, Sabtu (27/1).
Dia meyakini politisi juga sudah belajar bahwa kontestasi politik tidak bisa lagi mengangkat isu-isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Sebab, dalam jangka panjang bisa saja partai-partai politik yang hanya mengandalkan kebencian atau isu-isu SARA kehilangan popularitas dan dukungan publik.
Kepala UKP-PIP Yudi Latif di acara Pertemuan Kebangsaan Nation and Character Building Institute (NCBI) di Jakarta, Sabtu (27/1). Foto: M Kusdharmadi/JPNN
Menurut Yudi, saat ini partai-partai politik dalam mengusung kepala daerah berusaha melenturkan ketegangan-ketegangan identitas. Salah satunya dengan bersedia melakukan koalisi sehingga blok-blok politik menjadi lebih cair.
"Itu memberi efek domino kepada rakyat bahwa ternyata sementara ini kita dihadap-hadapkan, elite politiknya bisa berbaur terhadap pihak-pihak yang dianggap sebagai lawan," katanya.
Menurut Yudi, ini memberikan pembelajaran positif. Karena itu, dia meyakini semua pihak pada Pilkada Serentak 2018 belajar dari berbagai kehebohan dan kepedihan yang berlangsung dalam Pilkada DKI Jakarta lalu.