Pasien BPJS Meninggal, Keluarga Mengamuk di Rumah Sakit
Dia menceritakan, awalnya, sekira pukul 04.30 WIB, ibunya mendadak tak sadarkan diri dan menderita sesak nafas, sehingga mereka membawanya ke RSU Djasamen Saragih.
Di rumah sakit milik pemerintah tersebut, mereka langsung ke IGD dan pasien mendapatkan perawatan hingga pukul 07.00 WIB, sebelum dipindahkan ke ruang rawat. “Jadi, di IGD itu mereka hanya memberikan infus saja dan tidak memberikan oksigen hingga di kamar rawat,” jelasnya.
Setelah di kamar rawat, si pasien juga tidak mendapatkan perawatan yang maksimal. Sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 11.00 WIB, ibunya tidak diperhatikan sama sekali. Perawatpun tak pernah datang melihat kondisi pasien.
Lalu, sekira pukul 11.00 WIB, dokter spesialis penyakit dalam, yakni dr Namso, datang memeriksa ibunya. “Di situ, dibilang dokter itu ibuku ada penyakit di jantung dan paru. Tahunya mereka ada sakit di paru, tapi tidak dikasih juga oksigen,” katanya.
Setelah itu, meski telah diperiksa, dokter tersebut tak memberi obat kepada ibunya, melainkan meninggalkan ibunya begitu saja. “Sudah aku minta obatnya, tapi perawat itu bilang sabar,” imbuh Ondo.
Selepas dr namso meninggalkan ruangan, pasien tak kunjung sadarkan diri. Dan, pukul 15.00 WIB, pasien menghembuskan nafas terakhirnya. “Siapa yang nggak marah. Mereka pikir kami tidak bisa bayar? Kalau memang mau dibayar, kami akan bayar,” katanya.
Atas peristiwa tersebut, Ondo mengatakan bahwa mereka tidak akan menuntut biaya ganti rugi atas ibunya, namun ia meminta pihak rumah sakit tersebut tidak mengulanginya kepada pasien lainnya agar tidak ada korban seperti ibunya. “Kami tidak minta ganti rugi. Pelayanan itu harus mereka perbaiki,” tandasnya.
Sementara di rumah duka, puluhan warga tampak memenuhi rumah bercat putih-coklat tersebut. Silih berganti warga datang melayat. Sementara, anak, menantu dan cucu almarhum tak henti-hentinya menangis, memeluk dan mencium jenazah almarhum.