Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Pasien Rabies di Solsel Terpaksa Dirujuk ke Singapura

Selasa, 23 Januari 2018 – 19:40 WIB
Pasien Rabies di Solsel Terpaksa Dirujuk ke Singapura - JPNN.COM
Anjing peliharaan. Foto: Pixabay

Untuk mengetahui seekor anjing terinfeksi rabies atau gila anjing harus diikat dan diberi makan seperti biasa. Kemudian dilihat kondisinya selama 14 hari.

“Biasanya jika anjing mati, berarti anjing positif rabies. Namun jika tidak, negatif. Biasanya anjing gila akan mati di hari ketiga. Sebagai antisipasi jika digigit anjing liar tetap harus diberikan vaksin sebagai pencegahan hal yang ditakutkan,” ungkapnya. 

Penanggung Jawab sekaligus Apoteker Kimia Farma Tarandam, Yogi Angga mengungkapkan,  sampai saat ini belum ada stok vaksin tersebut. “Kami sudah pesan satu tahun yang lalu, sampai saat ini belum datang,” ujarnya.

Ia mengatakan, pernah ada orang datang ke apotek untuk menanyakan ketersediaan vaksin tersebut. “Memang stok kita habis,” ungkap Yogi. 

Terpisah, dokter spesialis Mikrobiologi Klinik Konsultan Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr M Djamil Padang, Aziz Djamal, menjelaskan seorang pasien yang digigit anjing, virusnya masuk ke jaringan tubuh dan mencari reseptor untuk berkembangnya virus tersebut pada bagian jaringan hopes (sel inang virus, red).

Vaksin tersebut diberikan kepada individu yang belum terinfeksi rabies, tujuannya sebagai antibodi. Dengan kata lain tubuh manusia aktif membuat zat antirabies, ketika vaksin yang sudah berada di dalam darah sekitar satu bulan akan mampu memproduksi zat antirabies.

“Lain halnya dengan serum antirabies. Serum tersebut dibuat dari luar dan disuntikkan ke bekas gigitan. Serum itu sudah mengandung zat antirabies yang diproduksi dari luar tubuh manusia atau siap pakai. Salah satunya serum dibuat melalui darah kuda, yang sudah diberikan vaksin rabies, kemudian ambil darah kuda tersebut, selanjutnya diambil serumnya,” paparnya. (cr21/cr25)

Seorang bocah laki-laki, 9, berinisial SP dari Solok Selatan terpaksa dirujuk ke Singapura karena tidak tersedianya serum antirabies di Indonesia.

Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News