Pawang Hujan Gelar Ritual Bisa Jarak jauh, tak Harus Datang ke Lokasi Acara
Menurut dia, pada zaman modern sekarang ini banyak masyarakat yang salah persepsi soal arti pawang hujan. Ada anggapan manusia yang punya kemampuan menolak hujan. Menilainya seperti keberadaan manusia melawan Tuhan. Sesungguhnya jauh dari itu.
Agus bercerita, mereka hanya memohon agar tidak hujan pada waktu tertentu. Jika terjadi hujan, dia memohon kepada sang Ilahi agar hujan bisa turun sebelum atau sesudah acara. Dia menuturkan, kunci kekuatannya terletak saat memohon kepada Tuhan.
Biasanya dia dan tim hanya melantunkan doa dan salat. Tidak butuh ritual hingga sesajen tertentu. Ibaratnya ada yang manusia bisa bicara dengan alam, manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhan. “Saya memohon, jika diizinkan, hari ini diberikan cuaca yang cerah selama acara,” imbuhnya.
Namun, dia mengakui, kenyataannya memang ada sebagian orang yang perlu menggunakan metode berbeda. Mulai puasa, meditasi, hingga sesajen.
“Kami hormati dan akui memang ada begitu. Ini budaya dan peninggalan peradaban dulu yang sudah canggih,” sebutnya. Menurutnya, media yang digunakan hanya untuk menambah keyakinan si pemohon.
Contoh ada yang menggunakan bawang merah, bawang putih, dan cabai yang ditanam di lokasi acara agar tidak hujan. Kemudian sambil berdoa memohon kepada Tuhan. Ketika hujan benar-benar tidak turun, tentu semua berasal dari keyakinan yang sungguh-sungguh memohon agar tidak hujan. Tidak ada hubungan dengan media itu.
“Media yang tadi dibawa itu mungkin hanya untuk membuatnya lebih percaya diri dan nyaman,” sebutnya. Dia tidak memungkiri, semua bagian dari peradaban zaman dahulu. Setiap orang memiliki cara dan metode yang berbeda dalam memohon turunnya hujan. Tentu sesuai adat istiadat setiap daerah tersebut.
Kepada Kaltim Post (Jawa Pos Group), Agus mengatakan, kemampuannya ini bermula dari rasa kagum dan penasarannya. Mengapa orang dulu hebat dan pandai dalam hal spiritual, salah satunya masalah hujan. Sehingga mereka menggali dan belajar. Tidak sembarangan juga. Mereka belajar dari ahli-ahli di berbagai daerah sampai bedah buku.