PDIP: Pembunuhan Tokoh Politik Bukan Tradisi Indonesia, Tak Boleh Dibiarkan
jpnn.com, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Charles Honoris mengecam keras rencana pembunuhan terhadap tokoh-tokoh politik nasional seperi yang diungkap kepolisian, Selasa (11/6) kemarin.
"Negara tidak boleh membiarkan aksi tersebut sebelum terlanjur menjadi lingkaran setan kekerasan dalam perpolitikan Indonesia. Terungkapnya rencana tersebut menunjukkan ada upaya memainkan politik kekerasan oleh segelintir elite, ala pembunuhan tokoh-tokoh politik di Timur Tengah atau Amerika Latin," tutur Charles, Rabu (12/6).
Seperti diketahui, Polri mengungkap adanya rencana pembunuhan (penembakan) terhadap empat tokoh yakni Menko Polhukam Wiranto, Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan serta staf khusus presiden bidang intelijen dan keamanan Gories Mere.
"Itu (rencana pembunuhan) merupakan ekspresi ketidakpuasan terhadap proses elektoral yang sudah berjalan," imbuh Charles.
Anggota Komisi I DPR RI ini mengatakan, dalam beberapa dekade terakhir, ratusan tokoh politik di Amerika Latin menjadi korban pembunuhan dari lawan politik, kartel narkotika dan kekuatan militer.
(Baca Juga: Pengakuan Tersangka: Kivlan Zein yang Menyuruh Membunuh 4 Pejabat Negara)
Tidak sedikit juga tokoh politik di Timur Tengah yang meninggal dunia karena dibunuh. "Sebut saja pembunuhan mantan PM Lebanon Rafik Hariri, yang membawa negara tersebut kepada tradisi kekerasan yang seakan tak berkesudahan. Nah, Indonesia tidak memiliki tradisi perebutan kekuasaan dengan cara-cara pembunuhan tokoh politik seperti itu," tegas Charles.
Oleh karena itu, Charles mengajak seluruh anak bangsa bersatu untuk menentang dan tidak memberi ruang sedikit pun terhadap segala bentuk politik kekerasan.