Pedang Bermata Dua: Industri Nikel yang Menguntungkan Tapi Juga Mengancam Kesehatan dan Lingkungan
Nickel Industries menerima Green Proper Award untuk lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia.
Tony juga mengatakan pihaknya sudah menanam 2 juta pohon di lahan seluas 2.000 hektar untuk merehabilitasi area yang ukurannya hampir sama dengan tambang Hengjaya.
"Lokasi ini akan mulai menghasilkan pendapatan bagi masyarakat lokal di wilayah itu, mungkin dalam waktu tiga tahun ke depan, sekitar $500 per hektar," katanya.
Mereka sudah menandatangani perjanjian dengan perusahaan energi terbarukan SENSA untuk membangun dan memelihara "proyek baterai tenaga surya" di dalam kawasan IMIP, yang akan memasok listrik ke tiga operator pemrosesan nikel perusahaan tersebut. Tambang Hengjaya juga sebagian menggunakan tenaga surya.
Bisnis Nickel Industries berfokus pada pasar baja tahan karat, namun kini ingin menjadi "produsen terdepan" nikel untuk baterai kendaraan listrik, dan baru-baru ini mengakuisisi 10 persen saham di fasilitas HNC HPAL.
Dan ada sejumlah lagi yang masih dalam tahap perencanaan.
"Kami sedang mempertimbangkan untuk membangun pabrik HPAL kami sendiri yang akan dipimpin oleh Tsingshan Group dan Shanghai Decent," kata Tony.
Petani dan deforestasi
Bijih nikel laterit, jenis yang ditemukan di Indonesia, cenderung berada dekat dengan permukaan namun tersebar di wilayah yang luas, yang berarti penambangan biasanya memerlukan pembukaan lahan skala besar.