Pemenang dan Pecundang saat Reshuffle Kabinet
Oleh Dhimam Abror Djuraidjpnn.com - Surya Paloh melakukan flexing politik dengan mengumpulkan puluhan ribu pendukungnya dalam Apel Siaga Partai NasDem di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Minggu (16/7).
Namun, hanya sehari berselang, Presiden Jokowi langsung merespons dengan mengumumkan reshuffle kabinet.
Reshuffle itu mengurangi jatah Partai NasDem di Kabinet Indonesia Maju, dari tiga menteri menjadi dua menteri saja.
The showdown atau persaingan terbuka tidak bisa dihindari. Dalam pidato politik di GBK untuk kali pertama, Surya Paloh mengritik Jokowi secara terbuka.
Selama ini ketua umum Partai NasDem itu berusaha menghindari kesan friksinya yang terbuka dengan Jokowi. Pernyataan normatif yang diulang berkali-kali oleh Surya Paloh ialah Partai NasDem akan tetap mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin sampai masa jabatan pemerintahan saat ini tuntas.
Pekan lalu, Fraksi Nasdem di DPR RI menyatakan dukungannya atas pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan yang kontroversial. Dengan mendukung undang-undang itu Nasdem ingin menunjukkan loyalitasnya kepada Jokowi.
Adapun PKS dan Partai Demokrat sebagai kompatriot Nasdem di barisan menolak RUU itu dengan melakukan walk out.
Hal paradoksal terjadi beberapa hari setelahnya. Partai NasDem menggelar apel siaga yang dimaksudkan sebagai show of force atau unjuk kekuatan terhadap Jokowi.