Pemenang dan Pecundang saat Reshuffle Kabinet
Oleh Dhimam Abror DjuraidSurya Paloh ingin pamer otot politik untuk menyaingi PDIP yang baru saja memamerkan kekuatannya pada Puncak Peringatan Bulan Bung Karno di SUGBK pada 24 Juni lalu.
Dengan menggelar Apel Siaga Partai NasDem, Surya Paloh melakukan double strike atau serangan ganda, yakni kepada PDIP dan Jokowi.
Terhadap PDIP Surya Paloh melakukan flexing untuk menunjukkan bahwa dia juga bisa memobilisasi kader NasDem dalam jumlah yang tidak kalah ketimbang parpol pimpinan Megawati Soekarnoputri itu.
Terhadap Jokowi, Surya Paloh memamerkan kekuatan sekaligus mengingatkan betapa besar suara yang nanti akan melawan capres pilihan Jokowi di Pilpres 2024.
Dalam pidato politiknya, Surya Paloh menyerang langsung ke jantung Jokowi, yaitu program revolusi mental yang menjadi janji kampanye Presiden Ketujuh Ri itu.
Surya Paloh mengungkit utang politik Jokowi terhadap Nasdem yang menjadi pendukung utamanya sejak Pilpres 2014. Dukungan itu sudah saatnya berakhir pada 2024 mendatang, sehingga kini waktunya Surya Paloh memunculkan perubahan.
Surya Paloh berpikir bahwa dia tetap akan memegang kendali perubahan pada 2024. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya tetap memegang kendali untuk menentukan arah perubahan pasca-Jokowi.
Namun, Jokowi punya ide lain. Dia merasa punya wewenang dan kekuatan untuk menentukan siapa yang akan mewarisi mantel kepresidenannya.