Pemerintah Harus Kritisi Gerakan Anti Tembakau
Rabu, 28 April 2010 – 15:33 WIB
Karena itu, kampanye anti tembakau tidak boleh diterima begitu saja, apalagi inisiasi Prakarsa Bebas Tembakau ini merupakan salah satu Cabinet Project WHO di bawah rezim Direktur Jenderal WHO, Gro Harlem Brundtland yang sudah sarat dengan kepentingan bisnis dari korporasi-korporasi farmasi internasional. “Proyek ini sejak awal mendapat suport dana dari korporasi-korporasi farmasi internasional. Kepentingannya adalah perdagangan obat-obat Nicotine Replacement Therapy (NRT) yang sebelumnya lahirnya proyek itu telah bersaing dengan industri tembakau dalam bisnis nikotin,” ungkap Gabriel.
Dewasa ini, lanjutnya, korporasi-korporasi ini meraup keuntungan besar dari perdagangan obat-obat NRT bersamaan dengan suksesnya kampanye anti tembakau. Berdasarkan laporan World Smoking-Cessation Drug Market 2010-2025, total penjualan obat-obat NRT di seluruh dunia di atas US$3 miliar. Omset ini diprediksi terus meningkat. Terutama dari kelompok negara BRIC (Brazil, Rusia, India, dan China) yang didiami oleh separuh dari perokok dunia.