Pemerintah Tetap akan Impor Gula
Pihaknya menegaskan, dengan adanya perbaikan lahan dan rendemen, petani bakal untung. Sebab, berdasar pantauannya sejumlah PG di Jawa yang memiliki rendemen rendah, petaninya mengalami kerugian.
Sedang, salah satu pabrik gula yang terbaik ada di Mojokerto yakni PG Gempolkrep, produksi gulanya mencapai 85.000 ton dengan rendemen nyaris mencapai 8. ’’Di sini yang terbaik. Jadi ke depan yang terbaik ini harus mentransformasikan ke yang buruk,’’ ucap Wapres.
Banyaknya stok gula di PG Gempolkrep, disinggung Wapres, bukan lagi gula petani. Gula tersebut milik pedagang. Tinggal ada dua kemungkinan untuk dilepas di pasaran. ’’Tinggal menunggu harga naik atau membiarkan sampai harga tinggi,’’ sambungnya.
Kunjungan orang nomor dua di Pemerintahan RI ini didampingi oleh Menko Perekonomian Sofyan Jalil dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Hadir pula Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf, Bupati Mojokerto Mustofa Kamal Pasa (MKP) dan Wali Kota Masud Yunus. Wapres melihat kondisi pabrik gula yang berusia 102 tahun tersebut dan melihat lokasi pabrik bioetanol.
Yang Diimpor Lebih dari Kebutuhan
Sementara itu, Ketua APTR PG Gempolkrep H. Mubin menginginkan pemerintah memikirkan stok gula yang banyak menumpuk di pabrik. Dengan penjualan lambat dengan harga murah diperkirakan tahun depan pabrik bakal kian menumpuk gula di gudang. ’’Lakunya laku, cuma lambat,’’ ujarnya seusai bertemu dengan Wapres dalam kunjungan ke PG Gempolkrep kemarin.
Menurut Mubin, dari produksi 450 ribu kuintal per hari, baru terserap 50 persen. Pihaknya meminta jaminan ke Wapres agar memikirkan solusi jangka pendek agar gula di PG Gempolkrep terjual semua.
Selama ini gula yang terserap hanya 30 persen, dari satu periode per 15 hari dengan hasil 45 ribu kuintal. Dengan total 11 periode.’’Di luar jawa harga Rafinasi Rp 6.500. Sementara itu, Rp 7.901 lewat lelang,’’ ujarnya.
Idealnya, harga jual gula Rp 8.500. Nilai itu dihitung dari ongkos tenaga kerja yang mahal. ’’Tapi ternyata Rp 7.800 untuk premium semboro. Lebih murah tapi apa boleh buat, karena yang menentukan pasar,’’ sambungnya.
Dirinya juga mempertanyakan proteksi pemerintah dari gula impor. Menurut dia, kebijakan impor tidak sesuai kebutuhan gula Nasional. ’’Dari kebutuhan gula 3,5 juta ton. Hasil gula 2,5 juta ton. Yang diimpor justru melebihi,’’ tudingnya.
Ke depan, pihaknya mendorong pemerintah untuk melengkapi sarana dan prasarana petani. Caranya dengan kemitraan. Namun, kalau dibebankan mekanisasi sepenuhnya kepada petani, tentu memberatkan.
Untuk diketahui, dengan rendemen mencapai 7,96 persen, gula yang dihasilkan PG Gempolkrep mencapai 85.968 ton. Melimpahnya jumlah produksi tersebut tidak didukung dengan keberhasilan pelelangan.
Pada musim giling tahun ini, gula petani lokal dilelang dengan harga jauh di bawah harga ketentuan pemerintah yakni Rp 8.150 per kilogram. (fen/yr/JPNN/end)