Pemilu Malaysia: Mahathir Diragukan Orang Kampung Sendiri
Ahmeed Fadhil, 54, warga Alor Setar yang ditemui di sekitar Masjid Zahir, mengatakan bahwa pemilu kali ini lebih sepi bila dibandingkan dengan 2013. Dia mendengar pergerakan setiap kandidat melalui media.
Tidak banyak pergerakan massa di lapangan. ”Yang kami pahami, mantan perdana menteri itu maju lagi,’’ katanya.
Roseni, 23, mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Utara Malaysia, mengaku belum tahu sendiri pola kepemimpinan Mahathir Mohamad. Selama ini, dia mengerti keberhasilan Mahathir melalui internet. ”Saya tahu dari Facebook dan WhatsApp,’’ katanya.
Liew Mei Yee sepakat dengan pernyataan itu. Mahathir memiliki cara untuk menyosialisasikan dirinya. Mahasiswi fakultas hubungan internasional di universitas yang sama itu mengetahui seluruh perjalanan kepemimpinan Mahathir. ”Memory collective Mahathir sangat bagus,’’ katanya.
Karena itu, masyarakat yang belum lahir di era kepemimpinannya tahu keberhasilan Mahathir. Baik dari segi pembangunan fisik maupun dalam menjaga perekonomian tetap stabil.
Meski begitu, Liew tetap berusaha objektif. Mahathir tidak fair dalam menampilkan memori tersebut. Sejarah kepemimpinan itu tidak menceritakan masa kelam. Di antaranya, pola memimpin yang diktator dan kasus korupsi yang pernah terjadi di eranya. ”Itu salah satu yang tidak disampaikan,’’ katanya.
Termasuk sikap Mahathir yang tidak terbuka dalam mendeklarasikan harta kekayaannya. Liew juga ragu, oposisi bisa menang dalam persaingan kali ini.
Memang, Mahathir punya pengaruh kuat. Tapi, rivalnya lebih kuat. ”Sebab, mereka kompak,’’ ucap dia. (*/c10/dos)