Penari Eko Supriyanto Tampilkan Seni Tubuh Solid.States di Melbourne
"Karya ini agak sedikit aneh, karena banyak menggunakan pikiran tapi juga berhubungan langsung dengan tubuh yang di-challange dengan mesin gempa bumi," jelas Eko yang pernah menjadi salah satu penari musisi ternama Madonna.
Menurut Eko lewat tarian ini seolah ada pesan bahwa budaya Indonesia sebenarnya sudah cukup stabil dalam hal kultural dan identitas.
"Dan sebaliknya kehidupan modern pun sebetulnya ketika menyadari dari mana asalnya, mereka ingin kembali lagi mencoba merasakan aspek yang penting dari kehidupannya," ujar Eko yang sehari-hari menjadi dosen di Instusi Seni Indonesia Surakarta (ISIS).
Solid States akan ditampilkan pada hari Jumat dan Sabtu (20-21 November) di teater Sylvia Staehil, Dance House pada pukul 8 malam.
Eko mengunjungi kantor ABC International di Southbank, Melbourne. Foto: Erwin Renaldi.
"Indonesia memiliki budaya yang sangat beragam dan ini yang menjadi kekuatan bagi negara kita, tidak ada negara lain yang sekaya negara kita. Ini yang harus kita promosikan ke dunia lain," tambahnya.
Bulan September lalu, Eko berada di Adelaide Australia sebagai pengisi salah satu acara di OzAsia Festival, perayaan terbesar budaya Asia di Australia Selatan, yang kebetulan tema tahun ini mengangkat budaya Indonesia. Eko menampilkan karya tarian Cry Jailolo dibawakan oleh enam anak muda dari pelosok desa Jailolo di Halmahera Barat, Maluku Utara.
Rencananya Eko akan kembali ke Melbourne di tahun 2017. Ia telah dikontrak dengan Arts Centre Melbourne dengan membuat karya yang sama dengan Cry Jailolo, tetapi dibawakan dengan anak-anak perempuan.