Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Pencinta Diving Harus Mengenal Barotrauma, Ini Gejalanya

Kamis, 13 Oktober 2022 – 16:32 WIB
Pencinta Diving Harus Mengenal Barotrauma, Ini Gejalanya - JPNN.COM
Ilustrasi diving. Foto: dokumen blubblub

Umumnya disebabkan adanya perubahan ketinggian maupun kedalaman). Gejala yang dirasakan oleh pasien bervariasi mulai dari sensasi tidak nyaman, sensasi telinga penuh, telinga berdenging (tinnitus), nyeri telinga, keluar cairan dari telinga yang sakit, vertigo hingga gangguan keseimbangan.

"Perubahan tekanan udara ini membuat Tuba Eustachian (saluran penghubung telinga tengah dan rongga mulut) tidak bisa membuka sehingga tidak terjadi Equalisation atau penyamaan tekanan di dalam telinga tengah agar sama dengan tekanan di luar," tutur Dokter Mia pada JPNN.com.

Merujuk pada Helmi A. Balfas dalam buku teks komprehensif Ilmu THT-KL, Dokter Mia mengatakan tuba yang tertutup ini membuat tekanan ruang telinga tengah menjadi negative dan membran timpani (gendang telinga) tertarik ke arah ruang telinga tengah.

Tekanan tersebut juga menimbulkan iritasi pada mukosa telinga tengah sehingga terbentuk transudat atau cairan.

Terkadang saat kondisi itu, lanjut dr. Mia, bisa terjadi perdarahan di dalam ruang telinga tengah. Namun, dalam kondisi ekstrem seperti barotrauma, bisa terjadi dalam waktu singkat bahkan kadang terloncati ke fase terjadinya rupture gendang telinga.

"Anda mungkin tidak familiar dengan istilah equalisation, tetapi mungkin pernah mengalami sensasi telinga ‘penuh’  atau pekak saat mendaki gunung, berada dalam pesawat yang akan mendarat atau baru terbang. Sensasi penuh ini disebabkan adanya peningkatan tekanan negative di dalam ruang tengah telinga akibat tuba tertutup. Equalisation berfungsi untuk membuka tuba yang tertutup tadi sehingga udara dari luar bisa masuk kedalam cavum timpani dan menyamakan tekanan di dalamnya," jelas dr. Mia.

Equalisation untuk mencegah barotrauma ini bisa dilakukan dengan berbagai metode.

Dia antaranya menguap, mengunyah permen karet, menelan ludah ( inilah sebabnya sebelum terbang, pramugari akan membagikan permen untuk memicu produksi saliva atau air liur yang akan ditelan saat proses lepas landas), atau meniup hidung dalam kondisi tertutup ( Manuver valsava) atau menelan sambil menutup mulut dan hidung sekaligus ( Manuver toynbee).

Dokter Umum Maria R. Maharia mengungkapkan gejala barotrauma yang bisa dirasakan saat diving, hiking, maupun saat naik pesawat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close