Pendekar Muktamar
Oleh: Dhimam Abror DjuraidKependekaran Gus Ipul sudah terpupuk lama sejak ia menjadi khadim Gus Dur, dan mencecap langsung ilmu dari pamannya itu. Gus Ipul jago lobi dan pintar membangun jaringan. Ia juga piawai menyusup ke sarang lawan.
Ia menjadi ‘’wakil Gus Dur’’ di PDIP dan menjadi anggota DPR RI sekaligus menjadi liaison officer yang menghubungkan Gus Dur dengan almarhum Taufiq Kiemas dan Megawati Soekarnoputri.
Karena kemampuannya ini, Gus Ipul diperbandingkan dengan sahabat Abu Dzar Al-Ghifari, yang bisa menyusup ke sarang lawan di Makkah untuk menjumpai Nabi Muhammad saw.
Pada muktamar NU di Medan Gus Ipul mengusung Kiai Said menghadapi petahana K.H Hasyim Muzadi. Hubungan Gus Ipul dengan Kiai Hasyim penuh dinamika dan saling kritik.
Puncaknya terjadi ketika Hasyim Muzadi mencalonkan diri sebagai wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri yang diusung PDIP pada pilpres 2004.
Meskipun Gus Ipul punya hubungan historis yang kuat dengan Megawati dan PDIP, tetapi Gus Ipul tidak mendukung Mega-Hasyim. Gus Ipul, yang ketika itu menjabat sebagai wakil gubernur Jawa Timur, mendesak Hasyim Muzadi mundur dari PBNU, karena Hasyim dianggap telah membawa NU ke ranah politik praktis.
Puncaknya terjadi pada muktamar NU di Makassar pada 2010. Muktamar berlangsung panas dan sempat beberapa kali ricuh. Kubu Gus Ipul yang mengusung Said Aqil Siradj akhirnya muncul sebagai pemenang mengalahkan kubu Hasyim Muzadi.
Hal yang sama terjadi lagi pada muktamar NU di Jombang 2015. Gus Ipul kembali mengusung Said Aqil Siradj sebagai petahana. Kali ini Gus Ipul harus berhadapan dengan KH Sholahuddin Wahid alias Gus Sholah, yang tidak lain adalah paman Gus Ipul sendiri.