Penderitaan Anak-Anak Kurdi Dibombardir Pasukan Erdogan
Fatima Muhammed hanya mengangkat bahunya saat mendengar perkataan Yasmin tersebut. Sebagaimana Yasmin, dia pun tidak habis pikir mengapa mereka harus menderita.
’’Negara macam apa yang menyerang warga sipil sekeji ini? Kami tidak bisa pulang. Rumah-rumah kami rata dengan tanah. Hanya gua dan jalanan yang jadi tempat berlindung kami,’’ katanya.
Tinggal di gua tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Fatima dan Yasmin. Tapi, mau tak mau, mereka harus cepat beradaptasi. Tidur di atas tanah dingin beralas kain atau karpet, juga melupakan terangnya cahaya lampu.
Kini mereka harus puas dengan penerangan lilin. Deru mesin jet tempur dan suara ledakan menggantikan suara radio dan televisi yang biasanya menjadi hiburan di rumah.
’’Apa yang telah kami lakukan kepada mereka? Kami kehilangan rumah. Tidak ada yang tersisa. Kami ini juga manusia, apakah mereka lupa itu?’’ kata Um Muhammed, ibu Khaled, sebagaimana dilansir CNN, Jumat (2/2).
Dalam bahasa Arab, dia menyesalkan tindakan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang menyerukan aksi militer ke Afrin. ’’Ini pembantaian,’’ ucapnya, lantas terisak.
Dia berharap masyarakat internasional tergerak untuk membantu mereka. Terutama menghukum Erdogan yang mengubah Afrin jadi palagan.
Tidak ada kehidupan lagi di distrik yang mayoritas penduduknya adalah kaum Kurdi tersebut. Permukiman warga musnah. Mereka yang sehat kabur.