Pendidikan Vokasi Punya Andil Dongkrak UMKM
Pertama adalah bagaimana caranya membuat mereka menjadi lebih formal, bisa berarti punya dokumen formalitas atau punya badan hukum. Pasalnya, mayoritas dari usaha mikro ini kebanyakan di sektor informal.
Kedua adalah memasukkan para UMKM ke rantai pasok industri yang lebih besar. Namun, kendalanya adalah industri besar umumnya memberikan persyaratan yang sama rata bagi usaha mikro, kecil, dan menengah sehingga hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi usaha mikro masuk ke rantai pasok industri besar.
"Yang ketiga adalah digitalisasi. Kalau UMKM sudah on boarding digital, itu artinya UMKM bisa naik kelas,” ujar Wientor.
Berikutnya adalah mendorong sebanyak mungkin para UMKM atau individu yang terkena dampak pandemi untuk masuk ke sebuah skema ekosistem penjualan secara digital yang dibuat oleh SMESCO, yaitu SMESCO Indonesia Retail Network.
“Ini seperti platform dropshipping atau reseller yang 100 persen bisa dilakukan dari rumah. Semua bisa masuk ke situ karena SMESCO adalah layanan pemasaran. Tugas kami memang membuka akses pasar terhadap produk-produk UMKM,” ujar Wientor.
Tim Riset Keilmuan Terapan Kemdikbudristek Heddy Agah mengatakan, pendidikan vokasi sangat membutuhkan tempat untuk pelatihan, dan mau tidak mau harus bekerja sama dengan UMKM serta pelaku industri skala besar atau kecil.
Solusi yang diberikan salah satunya melalui Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri – Dosen PT Vokasi, yakni sebuah program yang digagas oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbudristek dengan sumber dana dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Program ini, kata Heddy, bertujuan menciptakan riset terapan yang berbasis pada demand driven atau persoalan rill yang dihadapi langsung, baik oleh dunia usaha dan dunia industri (DUDI) maupun masyarakat.