Pendukung Tak Perlu Hadir di Debat Pilpres, Toh Sudah Pasti Pilih Jagonya
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Emrus Sihombing meminta tiga jilid debat Pilpres 2019 yang tersisa harus dioptimalkan dan berorientasi kepada kepentingan pemilik suara, bukan untuk pasangan calon, partai pengusung dan para pendukung.
Emrus menilai setidaknya lima hal yang bisa diimplementasikan pada tiga debat tersisa. Pertama, peserta yang hadir seharusnya representasi pemilik hak suara, yaitu rakyat Indonesia.
Dia berpendapat, ada empat kelompok pemilik hak suara yang seharusnya hadir pada acara debat. Mereka ialah kaum milenial, pemilih pemula, kelas sosial yang belum beruntung terutama dari desa-desa terpencil, dan kelompok masyarakat yang berpotensi menjadi golput.
“Representasi dari keempat katagori ini justru yang harus hadir dalam acara debat. Mereka harus mendapat akses informasi dan pengetahuan yang lengkap dari sumber utama, terutama dari kedua paslon pilpres ketika berlangsung debat,” ujarnya, Kamis (21/2).
Menurut dia, penyelenggaraan dua kali debat lebih mempertontonkan untuk kepentingan kedua paslon kandidat, partai pengusung dan pendukung. “Ini sangat kurang tepat. Harusnya berorientasi kepada kepentingan pemilik hak suara,” katanya.
Emrus berpendapat pendukung tidak perlu hadir dalam debat berikutnya karena mereka hampir sudah bisa dipastikan memiliki pilihan salah satu dari dua paslon pilpres. “Jadi, saya tegaskan, mereka tidak begitu penting hadir,” tegas direktur eksekutif EmrusCorner itu.
Selain itu, lanjut dia, pendukung berpotensi mengganggu jalannya debat karena terpicu rasa simpati atau larut dalam suasana kemeriahan, menunjukkan rasa kurang senang terhadap salah satu elemen dari proses perdebatan.
Emrus melanjutkan, panelis debat haruslah dinamis dan substantif. Dinamis, jelas dia, panelis sejatinya diberikan kesempatan mengajukan tanggapan dan atau pertanyaan lanjutan yang lebih mengerucut, bila jawaban peserta debat kurang substansial atau belum jelas.