Penerapan Teknologi Percepat Swasembada Pangan
jpnn.com, BOGOR - Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi, menyatakan swasembada beras sejak 2015 hingga kini tak lepas dari penerapan teknologi dalam penyusunan kebijakan di instansinya.
Misalnya, pengumpulan dan pelaporan data pertanaman padi berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dipotret satelit Lansat-8 Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
"Menggunakan citra satelit, kami bisa monitor kapan tanam padi sampai panen. Sebagai alat bantu dari selama ini menggunakan metode pandangan mata," ujar Suwandi saat mempresentasikan "Implementasi Sistem Informasi Geografis guna Menuju Swasembada Pangan" pada seminar nasional bertema 'Peranan Teknik Sipil dan Lingkungan untuk Pembangunan Indonesia' di Bogor, Jawa Barat, Minggu (15/10).
Sebagai informasi, Indonesia mengulang sejarah 1984 pada tahun lalu, di mana produksi beras melampaui kebutuhan nasional, sehingga tak lagi impor dari negara lain sampai sekarang.
Bahkan, Indonesia berhasil ekspor beras ke Papua Nugini, serta bawang merah ke Thailand, Filipina, Timor Leste, Vietnam dan Singapura. Rencananya, sela Hari Pangan Sedunia (HPS), minggu ketiga Oktober ini, akan kembali ekspor beras dari Entikong ke Malaysia.
Suwandi menerangkan, banyak keunggulan yang didapat dari teknologi satelit ini. Contohnya, sangat ekonomis, mudah, efektif, efisien, cepat, dan akurat.
Sebab, gratis diperoleh data satelit dari LAPAN, mampu menjangkau seluruh wilayah dalam waktu singkat, terus menerus, minimalisir kesalahan manusia (human error) dengan komputerisasi dan sangat transparan bisa diakses web para pihak.
Citra satelit Lansat-8 diperbarui tiap 16 hari dan mampu memotret 900 meter persegi tiap pixel, karena tergolong resolusi menengah. Meski demikian, manfaatnya mengetahui seluruh fase pertanaman padi.