Penerapan Teknologi Percepat Swasembada Pangan
Hasil pemetaan ini disajikan dalam website dan dilengkapi dengan data spasial dan tabular yang lain, yakni data perkiraan curah hujan, data tinggi permukaan air waduk, peta sebaran luas baku sawah.
Kemudian, ada juga data estimasi kebutuhan pupuk, benih, dan sarana prasarana (sapras) per kecamatan.
"Informasi-informasi dalam bentuk tabulasi dan spasial tersebut, merupakan bagian dari Sistem Monitoring Pertanaman Padi (Sitomandi) serta bisa diakses melalui laptop/komputer dan telepon pintar berbasis Android maupun iOS. Saat ini sedang dibangun sistem pemindaian foto/citra menghitung produktivitas padi, fase tanaman bawang merah, cabai, jagung, tebu, dan sawit," sambungnya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Humas dan Informasi Publik ini menambahkan, penerapan teknologi tersebut selaras dengan kebijakan satu data dan satu peta pemerintah.
"BPS (Badan Pusat Statistik) dan BIG (Badan Informasi Geospasial) jadi imam. Data statistik dikoordinir BPS, peta oleh BIG, yang lain jadi makmum," tuturnya.
Selain untuk pengambil kebijakan internal yang berimplikasi terhadap swasembada pangan serta peringatan dini (early warning system), kata Suwandi, penggunaan Sitomandi juga bisa digunakan akademisi sebagai rujukan metode pemanfaatan data satelit.
Lalu, sangat berguna bagi petugas lapangan memudahkan mendata luas tanam, luas panen, serta rencana tanam, panen, serap gabah (sergap), dan kebutuhan ikutannya.
"Pengguna (Sitomandi) dari dalam dan luar negeri. Negara lain juga akses belajar ini," ungkapnya. Info pencitraan dalam Sitomandi tersimpan hingga 2-3 tahun terakhir dan Kementan menyiapkan buku manual sebagai acuan, agar masyarakat luas bisa membaca data yang dihasilkan serta mengoperasikan Sitomandi.