Kisah Bu Sulastri, dari Penjaja Opak Keliling Kampung Kini Sukses Kembangkan Usaha Jahit
“Saya dapat pemasukan tambahan. Selain untuk biaya sekolah, saya tabung dan membeli mesin jahit bekas,” ungkap dia.
Sulastri mengaku belajar menjahit secara autodidak. Setelah merasa mantap dengan kemampuannya, dia lantas membeli perangkat mesin jahit tua dengan hasil tabungan yang dia sisihkan dari dana PKH yang ia terima setiap bulan.
Berbeda dengan pekerjaan sebelumnya, Sulastri kini tak perlu berkeliling kampung mencari pelanggan, karena dia fokus mengirim pakaian kain perca yang sudah ia jahit ke pengepul.
Penghasilannya pun meningkat drastis dengan nilai konsisten.
"Dulu jualan opak dapat Rp 50 ribu karena harus bagi hasil. Tapi sekarang dari hasil jahit kain perca bisa dapat Rp 2 juta per bulan," kata perempuan lulusan SD ini.
Merasa sudah berhasil mengangkat perekonomian keluarga kecilnya, Sulastri mengajukan surat pengunduran diri dari PKH pada Maret 2020.
"Saya ikut PKH sejak 2013. Itu sudah terlalu lama bagi saya. Bukannya tidak bersyukur, tapi masih banyak yang lebih membutuhkan PKH sehingga saya ingin graduasi mandiri saja," kata Sulastri.
Namun, niat mulianya itu belum dikabulkan lantaran suami Sulastri diberhentikan dari pekerjaannya akibat pandemi Covid-19. Pendamping PKH yang selama ini membantu Lastri, tidak ingin terjadi dampak serius bagi kehidupan ekonomi Sulastri.
"Kami menerima pengajuan graduasi mandiri dari Bu Sulastri namun kami tahan dulu karena di awal pandemi, suaminya terkena pengurangan karyawan sehingga perekonomian Bu Sulastri dianggap masih belum memadai," tutur Heni Rohaeni, pendamping Sulastri.