Pengamat Anggap Ketokohan dan Mesin Politik Ma'ruf Amin Tidak Bekerja di Banten dan Jabar
jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin menilai ketokohan KH Ma'ruf Amin dan mesin politiknya tidak bekerja di Jawa Barat dan Banten. Hal itu menyusul kekalahan Joko Widodo - Maruf Amin di dua provinsi itu berdasarkan Situng KPU sementara dan quick count sejumlah lembaga survei.
Mengambil sampel quick count dari Poltracking di Banten, Jokowi pada 2014 meraih 42,90 persen, sedangkan Prabowo 57,10 persen. Sementara pada 2019, Jokowi 35,98 persen, sedangkan Prabowo 64,02.
Lalu untuk Jawa Barat, Jokowi pada 2014 40,22 persen, sedangkan Prabowo 59,78 persen. Sementara untuk 2019, Jokowi 39,55 persen, sedangkan Prabowo 60,45 persen
Melihat itu, Ujang menilai sosok KH Ma'ruf dan mesin politiknya tidak memberikan keuntungan elektoral kepada Jokowi. Terlebih, KH Ma'ruf kerap menyatakan di sela-sela kampanyenya bahwa Jawa Barat dan Banten menjadi prioritas kampanyenya. "Mesin politik tidak jalan sehingga tidak menambah kekuatan elektoral Jokowi - Ma'ruf di situ," kata Ujang kepada JPNN.com, Jumat (12/5).
Khusus Banten, kata Ujang, seharusnya daerah itu menjadi sentra kemenangan Ma'ruf karena aspek identitas, yakni tanah kelahirannya. Namun, hal itu tampaknya tidak menggugah rakyat Banten untuk memenangkan KH Ma'ruf. Ujang memperkirakan rakyat Banten merasa tidak pernah diuntungkan lewat kebijakan maupun perhatian meski KH Ma'ruf lahir di sana.
(Baca Juga: Sah, Prabowo - Sandiaga Mengungguli Jokowi - Ma'ruf di Bengkulu)
"Artinya yang penting kan interaksi dan rasa emosional kedaerahan itu muncul, tetapi itu tidak muncul. Karena masyarakat Banten menganggap kehadiran Pak Ma'ruf Amin itu merepresentasikan, mohon maaf, bukan dari Banten. Karena interaksinya banyak di Jakarta," kata dia.
Menurut Ujang, selama ini, KH Ma'ruf banyak berkegiatan di Jakarta. Seperti menjadi anggota DPRD DKI, MUI dan Dewan Pertimbangan Presiden.