Pengamat Anggap Normal AHY Mengkritik Revolusi Mental Jokowi
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Zaenal A Budiyono menganggap kritik Agus Harimurti Yudhoyono terhadap program-program pemerintahan Joko Widodo yang kurang sukses merupakan fenomena lumrah, normal dan bagian dari dialektika berbangsa.
Dalam demokrasi, menurut Budiyono, partai di luar pemerintahan baik sebagai penyeimbang atau oposisi memiliki pijakan kuat, baik dari sisi konstitusional maupun tradisi demokrasi untuk memberikan kritik kepada penguasa.
“Dengan kata lain, masukan atau kritik dari Agus Harimurti Yudhoyono tentang program-program pemerintah yang kurang sukses merupakan fenomena lumrah, normal dan bagian dari dialektika berbangsa,” kata Budiyono dalam siaran persnya, Sabtu (16/6) malam.
Kritik terbaru dilontarkan Ketua Komando Tugas Bersama Partai Demokrat (Kogasma PD), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) terkait program Revolusi Mental Pemerintahan Jokowi.
AHY yang diadang-adang sebagai capres/cawapres dari Partai Demokrat itu, menganggap revolusi Mental semakin tidak terdengar. Program pembangunan manusia itu gaungnya justru dikalahkan oleh deru pembangunan jalan tol dan jembatan.
Menurut Budiyono, pandangan politik AHY dan keluarga besar Partai Demokrat (PD) tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pemikiran SBY, sang ikon PD.
Menilik perjalanan SBY, menurut Budiyono, dia merupakan politikus yang mengedepankan pembangunan manusia, sebelum pembangunan fisik termasuk infrastruktur. Hal itu dapat dilihat dari “rekor” APBN era SBY yang untuk pertama kalinya mengalokasikan 20 persen APBN untuk pendidikan. Bahkan untuk menjamin keberlanjutan anggaran yang fokus pada pembangunan SDM itu, diamankan melalui UU.
“Dari sini kita bisa melihat bahwa secara substansi, AHY dan PD cukup terganggu dengan terseok-seoknya program Revolusi Mental Jokowi yang sebelumnya diharapkan dapat mengubah kultur lama yang negatif di bangsa ini, menjadi energi positif,” kata Budiyono.