Pengamat Pendidikan Nilai Pramuka Harus Ikuti Perkembangan Zaman
jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendapatkan banyak kritikan karena status Pramuka yang tidak lagi menjadi ekstrakurikuler wajid di sekolah.
Namun, Pakar Pendidikan dari Life Talks Asia Albert Egmont menilai ekstrakurikuler Pramuka memang memiliki nilai plus minus. Saat ini tak sedikit siswa yang sudah tak lagi berminat mengikuti Pramuka.
"Disayangkan bahwa minat Generasi Muda terhadap Pramuka mulai menurun yang mengakibatkan semangat Pramuka hanya menjadi suatu opsi yang dinilai dalam hal ekstrakulikuler wajib hanya di jenjang SD dan Menengah, seperti yang tertuang di dalam peraturan Mentri No. 12 Tahun 2024," kata Albert, di Jakarta, Selasa (9/4).
Menurut Albert, keterampilan yang diajarkan di Pramuka sudah tidak begitu relevan dengan zaman teknologi seperti sekarang. Belum lagi banyaknya perpeloncoan dengan kedok senioritas, dan penyampaian metode pembina yang seringkali kurang cocok dengan kondisi Generasi Z.
"Hal ini membuat Pramuka menjadi suatu hal yang memang tidak mudah untuk diterima khususnya di zaman yang sudah begitu maju dan berkembang seperti saat ini. Hal ini tentu bisa, membuat Pramuka kehilangan gregetnya," jelasnya.
Oleh karena itu, Albert mendorong agar terjadi perubahan dalam pengajaran Pramuka, sehingga yang diajarkan tak hanya mengenai kedisplinan dan keterampilan diri.
Melainkan bisa menyasar ke perkembangan digital.
"Saya juga setuju bahwa seharusnya Pramuka perlu dijadikan hal yang wajib diberlakukan, tetapi dengan adanya beberapa peningkatan mutu dan kualitas yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman yang akan datang," kata Albert.