Pengamat Puji Langkah Prabowo Menyerukan Perdamaian dan Kirim Bantuan ke Gaza
“Bagaimana kontribusi Indonesia mengatasi krisis kemanusiaan di Gaza? Itu sangat tergantung dari Israel. Kita sudah memberikan bantuan kemanusiaan lewat udara, tetapi kalau lewat darat perlu ada persetujuan dari Israel,” bebernya.
Lebih lanjut, Dinna menyampaikan bantuan Indonesia tidak berarti jika tanpa persetujuan Israel. Sebab situasi di Gaza sudah tidak menentu-pasca diserang Israel.
Dia menyebut infrastruktur jalan, listrik, air sangat tidak memadai untuk menyalurkan bantuan baik dari sisi tenaga medis maupun pasukan perdamaian.
“Mengoperasikan rumah sakit di Gaza. Saya tidak tahu apa yang terjadi sekarang, tetapi sudah tidak mungkin mengoperasikan rumah sakit di sana karena semua infrastruktur, listrik, air dan sebagainya sudah tidak ada. Kecuali kalau rumah sakit terapung. Itu pun kapasitasnya terbatas,” katanya.
Sementara itu, tutur Dinna, pihak Hamas sudah mau menerima gencatan senjata, namun yang masih tanda tanya besar adalah dari pihak Israel, pasalnya tetap melakukan gempuran ke Gaza sampai tawanan mereka dilepaskan.
“Hamas sudah menerima resolusi itu, tetapi Israel tidak jelas karena dalam sidang dewan keamanan PBB itu Israel tetap menegaskan akan melanjutkan perang hingga semua tawanan lepas,” bebernya.
Menurut Dinna, gencatan senjata memprediksi jika terjadi gencatan senjata berlangsung secara pendek, tetapi untuk mengupayakan gencatan senjata secara permanen perlu kerja keras lagi.
“Mungkin gencatan senjata bisa terjadi untuk jangka pendek, tetapi untuk berlangsung lama atau bahkan menjadi permanen, itu perlu kerja keras lagi, seperti yang dikhawatirkan Rusia,” ungkapnya.