Penghapusan Premium Tak Akan Menimbulkan Gejolak
jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman meminta pemerintah tidak ragu menghilangkan premium.
Menurutnya, kalau pemerintah tegas menghapus BBM beroktan rendah tersebut, maka tidak akan berdampak besar pada masyarakat. "Tidak akan ada gejolak,” kata Yusri, Minggu (20/5).
Menurut Yusri, masyarakat sebenarnya sudah ‘terbiasa’ dengan kondisi harga BBM yang lebih tinggi. Dia mencontohkan, konsumen sama sekali tidak mengeluh ketika harus membeli BBM di tingkat eceran yang mahal.
Begitu pula di Papua sebelum adanya Program BBM Satu Harga, masyarakat membeli Rp 60 ribu-Rp 100 ribu per liter.
“Jadi sebenarnya tidak masalah dengan penghapusan premium, masyarakat bisa menerima, asal dibarengi dengan edukasi,” ungkapnya.
Dia mengatakan penghapusan premium itu memang sangat mendesak. Sebab, kerugian akibat emisi karbon BBM jenis tersebut sudah sangat besar.
Di Jakarta pada 2016, biaya pengobatan penyakit karena pencemaran udara sudah mencapai Rp 51,2 triliun.
Sementara dilihat dari jumlah penduduk yang terpapar penyakit akibat buruknya kualitas udara, sudah mencapai 58,3 persen.