Penghitungan Ulang, Kerja 28 Jam, Ketua KPPS Badannya tak Bergerak Lagi
Kata Usman, pada Jumat (26/4) sore, ia masih bertemu dengan almarhum. Kala itu, almarhum bekerja sendiri membuka tenda bekas TPS.
Usman menyebut selama masa hidupnya, Azikin tak pernah mengeluh sakit. Dia juga tak memiliki riwayat penyakit apapun. Hal itu diaminkan anak pertama almarhum, Musdalifah (19).
“Saya lagi di Samarinda, dihubungi sama om (Usman) kalau Bapak sakit dan diminta pulang ke Bontang," ujar mahasiswi semester 2 di Politeknik Negeri Samarinda itu.
Tak lama, ibunya mengabari bahwa bapaknya sudah meninggal dunia. “Saya kaget, karena setahu saya Bapak sehat-sehat saja,” ucapnya sambil berkaca-kaca. Almarhum meninggalkan empat orang anak dan satu istri.
Para tetangga almarhum juga merasa kehilangan. Sarna Wati yang sedang berkumpul dengan ibu-ibu lain tampak sangat berduka. Menurut mereka almarhum seperti tulang punggung di wilayah RT 06, Loktuan.
“Orangnya baik. Diminta tolong apa-apa mau. Kami enggak tahu kalau bapaknya Musda (anak pertama almarhum) tidak ada. Siapa lagi yang bisa kami andalkan?” Ungkap Sarna yang diamini ibu-ibu lainnya.
Muhammad Azikin dikebumikan setelah Asar di TPU Kilometer 3, Lempake, Loktuan, Sabtu. Almarhum merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Kakak pertama almarhum Hasnah mengaku kaget atas kepergian adik bungsunya.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bontang, Acis Maidy Muspa turut berdukacita atas kepergian almarhum. Azikin memang dinilai sangat aktif saat menjadi ketua KPPS di TPS 09.