Pengungsi Korban Gempa Menangis saat Keluarga Besan Datang
jpnn.com - Warga korban gempa Lombok yang berada di pengungsian, H Sumardiah, meneteskan air mata. Dia tidak kuasa mehana haru.
Bukan karena rumahnya rusak, kali ini pria paruh baya itu menangis karena rombongan keluarga besannya dari Desa Tetabatu Selatan, Kecamatan Sikur, Lombok Timur datang menjenguk. Mereka berpakaian rapi, berkopiah dan jilab rapi khas lebaranan.
Perasaanya campur aduk, sedih dan bahagia berkecamuk dalam dadaya. Warga Desa Jeringo, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat itu benar-benar terharu dengan kedatangan rombongan besannya Amaq Suarni.
Mereka baru enam bulan menjadi keluarga setelah anaknya Dende Suci menikah dengan Firdaus asal Lombok Timur. ”Kejadiannya seperti ini, Alhamdulillah kami tetap sabar dan tabah menghadapinya,” kata H Sumardiah sambil mengusap air matanya.
Sesekali ia melihat ke seberang tenda pengungsian, di sana rumahnya sudah menjadi reruntuhan bangunan. Tidak ada yang tersisa kecuali pakaian dan anggota keluarganya.
Di tengah suasana haru itu, kedatangan keluarga besan sangat berarti. Mereka masih bisa bersilaturrahmi, merayakan hari raya Idul Adha bersama dalam suasana yang penuh kehangatan.
Siang itu aroma opor daging dan asap sate daging sapi terasa menggoda selera. Untungnya H Sumardiah bisa menjamu besannya dengan buah pisang, kopi, dan jajanan basah. Meski hampir semua rumah warga hancur, namun warga di Desa Jeringo masih bisa merasakan bahagianya berlebaran.
Kebetulan bantuan hewan kurban banyak berdatangan ke tempat mereka. Daging itu mereka bagi dengan pengungsi lainnya, dan jadilah lebaran dengan opor daging, meski tanpa ketupat atau lontong. ”Saya jadi tambah semangat,” katanya.