Penyulut Meriam di Masjid Rangkasbitung, Awalnya Takut, Kini Senang Meskipun Ada Risiko Kecelakaan
Namun, kata dia, meriam locok sudah diganti dengan pipa dan panjang dua meter, yang juga menggunakan bahan peledak dari karbit dan air.
Petugas penyulut meriam juga tidak dilengkapi alat peredam suara dan berpotensi mengalami gangguan pendengaran, karena bisa merusak bagian gendang telinga akibat hentakan ledakan keras.
Apabila gendang telinga itu mengalami gangguan, katanya, tentu secara otomatis akan berdampak terhadap gangguan pendengaran telinga atau torek.
"Kami menyulut meriam itu tentu dengan hati-hati mulai mengisi bahan peledak dari karbit hingga menyulut api ke lubang meriam agar tidak mengalami kecelakaan," katanya.
Menurut dia, dirinya merasa senang menyulut hingga terdengar dentuman suara meriam, karena banyak masyarakat setempat yang berkumpul di masjid dapat buka puasa bersama.
Selain itu juga banyak orang tua hingga kalangan anak-anak muda rindu untuk mendengarkan dentuman suara meriam yang berlangsung selama satu sampai dua detik itu. Mereka orang tua dan kalangan generasi berkumpul di depan masjid untuk mendengar dentuman suara meriam.
Dentuman suara meriam itu, kata dia, hanya setiap tahun satu kali dilakukan pada Bulan Ramadhan dan masyarakat sangat merindukan tradisi unik tersebut.
"Kami tetap berani melaksanakan tugas yang berisiko, karena tidak ada petugas lain yang menjadi penyulut meriam," kata Opik. (antara/jpnn)