Penyulut Meriam di Masjid Rangkasbitung, Awalnya Takut, Kini Senang Meskipun Ada Risiko Kecelakaan
jpnn.com, LEBAK - Opik sudah 26 tahun menjadi penyulut meriam di Masjid Agung Al A'raf Rangkasbitung, Lebak, Banten.
Suara dentuman meriam itu menjadi pertanda sudah memasuki waktu berbuka puasa di tiga kecamatan yakni Rangkasbitung, Cibadak, dan Kalanganyar.
Opik merasa senang dan ikhlas menerima honor Rp 100 ribu untuk membunyikan meriam sebagai pertanda tibanya waktu berbuka puasa Ramadhan 1422 Hijriah ini.
Dentuman suara meriam itu bisa terdengar sejauh 10 kilometer. Penyampaian kabar melalui dentuman meriam itu dikarenakan pada zaman Belanda dulu, tidak ada media elektronik untuk menyebar informasi tibanya waktu berbuka puasa.
Oleh karena itu, kata dia, satu-satunya yang bisa dijadikan sebagai pertanda tibanya waktu umat Islam untuk berbuka puasa ialah dentuman meriam.
"Mungkin di Banten hanya ada di Rangkasbitung setiap Ramadhan masih lestari tradisi dentuman suara meriam," kata Opik, Kamis (6/5). "Tradisi dentuman suara meriam di Rangkasbitung berlangsung sejak tahun 1928 hingga kini masih dipertahankan," tambahnya.
Dia mengaku awalnya merasa ketakutan saat menyulut api dimasukkan ke lubang meriam sehingga mengeluar dentuman suara keras. Namun, kata dia, saat ini sebagai penyulut meriam selama 26 tahun merasa tetap senang, meski berisiko ada kecelakaan.
"Bahkan petugas penyulut bernama Sai pada 1956 bagian tangannya terputus ketika hendak menyulutkan meriam locok," kata Opik.