Perang Dunia III
Oleh Dhimam Abror DjuraidTiongkok tentu berhitung karena Taiwan mendapat perlindungan penuh dari Amerika. Setiap saat Tiongkok menyerang Taiwan, Amerika pasti siap sedia untuk membela.
Kedua belah pihak mengetahui kekuatan masing-masing sehingga maka konflik terbuka tidak pernah terjadi. Kedua belah pihak sama-sama melakukan deterrence, tindakan menahan diri.
Faktor deterrence ini menjadi salah satu rem yang pakem untuk menghindari perang. Rasa takut terhadap lawan menjadi faktor deterrence yang sangat penting.
Kendati demikian, ada faktor deterrence lain yang lebih penting untuk menghindari perang, yaitu faktor keinginan untuk maju dan modern.
Ahli politik Kishore Mahbubani menyebut faktor itu sebagai "march to modernity" atau derap menuju modernitas. Setiap orang ingin merasakan modernitas dan kemajuan eknonomi supaya bisa merasakan kesejahteraan hidup dan meninggalkan kesengsaraan akibat kemiskinan.
Derap menuju modernitas ini menjadi faktor yang tumbuh sangat kuat di wilayah Asia dan berbagai penjuru dunia lain. Negara-negara Asia sekarang tengah berpacu menuju modernitas, dan karena itu mereka fokus untuk mengejar kemajuan ekonomi dan menghindari konflik dan peperangan.
Setelah Perang Dingin berakhir dan Uni Soviet ambruk, konstelasi geopolitik internasional mulai bergeser. Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara adidaya yang mengemban tugas sebagai polisi dunia.
Tugas itu dirasa terlalu berat oleh Amerika karena sangat membebani anggarannya. Itulah yang menyebabkan Amerika memutuskan menarik diri dari Afghanistan setelah menduduki negara itu sepuluh tahun lebih.