Perang Dunia III
Oleh Dhimam Abror Djuraidjpnn.com - Bangsa Rusia mempunyai kenangan yang buruk terhadap perang. Hal itu hidup dalam kenangan kolektif bersama dan sudah menjadi kesadaran bersama untuk tidak mengulangi kondisi hidup susah akibat perang.
Karena itu, ribuan warga Rusia turun berdemonstrasi di lapangan St Petersburg untuk menentang invasi Rusia ke Ukraina.
Kenangan buruk terhadap kondisi perang itu digambarkan oleh penulis besar Rusia Leo Tolstoy dalam novel masterpiece "War and Peace". Novel itu berlatar kejadian semasa Perang Napoleon (1820) dan dianggap sebagai novel terbaik yang pernah ditulis sepanjang abad ke-19 sampai sekarang.
Novel itu berisi peristiwa-peristiwa sebelum dan sesudah serbuan pasukan Napoleon ke Rusia. "War and Peace" memiliki gaya realisme tinggi, lingkup cerita yang begitu luas, serta unsur psikologi yang dalam. Hal itu belum dapat ditandingi oleh novel mana pun.
Kepedihan karena penderitaan perang digambarkan dengan sangat detail sehingga membawa pengaruh yang sangat kuat pada masyarakat Rusia. Tolstoy memaparkan kehidupan yang penuh foya-foya dari keluarga kelas atas yang berdampak pada berbagai kesulitan yang dialami rakyat Rusia kelas menengah bawah.
Tidak semua pelaku perang adalah pahlawan. Tolstoy melukiskan para pahlawan perang yang tidak dihormati.
Tolstoy mengkritik para sejarawan yang selalu memunculkan satu nama sebagai “pahlawan besar” yang digambarkan memiliki peran penting dibanding serdadu lainnya, padahal mereka memiliki perjuangan yang sama, yaitu berjuang di medan perang, dan mati bersama-sama.
Tolstoy memainkan gaya realisme dan psikologis dalam setiap kata yang ia gunakan. Berbagai adegan menggambarkan bagaimana perang hanya menghasilkan kesengsaraan, sementara para bangsawan hanya peduli pada dirinya sendiri, sedangkan para serdadu hanya dapat meratapi nasibnya.