Perangi Lembur, Pemerintah Osaka Gunakan Program Komputer untuk Memaksa PNS Setop Bekerja
Hingga saat ini, Osaka telah melakukan sejumlah perubahan untuk memangkas jam lembur, seperti memperkenalkan sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) untuk membuat notulen rapat secara otomatis.
Namun sejak Agustus, akibat topan dan bencana alam lainnya, jumlah pegawai yang mengambil lembur mulai meningkat, sehingga mendorong Prefektur Osaka meluncurkan sistem baru ini.
Kendati demikian, reformasi itu belum mendapatkan respons positif dari kalangan pekerja. Sebuah klinik spesialis yang dikelola asosiasi medis Jepang untuk membantu para warga lanjut usia (lansia) melakukan survei terhadap 500 pria berusia 20 hingga 50 tahun mengenai jam kerja di Tokyo dan Osaka.
Hasil survei menunjukkan setelah penerapan reformasi UU tersebut, 53,8 persen responden merasa pekerjaan mereka menjadi tidak semudah sebelumnya, dan 50 persen merasa tekanan kerja meningkat, khususnya di kalangan pria berusia 30 hingga 40 tahun.
Kini dengan sistem wajib mengakhiri jam kerja di Osaka, banyak warganet Jepang tampaknya tidak setuju dengan "kebaikan" pemerintah tersebut, dan menyampaikan kekecewaan mereka di kolom komentar Kyodo News.
"Kebijakan ini hanya menambah waktu untuk menyerahkan formulir, dan pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan sesuai tenggat harus dibawa pulang," kata seorang warganet dengan nama pengguna "cat".
"Alih-alih memaksa pegawai mematikan komputer mereka, akan lebih baik jika proses kerja yang panjang diubah, seperti membuat dokumen digital yang mewajibkan ketua tim, kepala bagian, wakil direktur, dan direktur membubuhkan stempel dan tanda tangan satu per satu, atau mengurangi beberapa rapat rutin yang membosankan," tutur pengguna yang memakai nama "Xen".
"Sebelum gubernur menerapkan aturan tersebut, lakukan survei terkait beban kerja dan kualitas kerja, lalu tanda tangani kesepakatan pemangkasan jam lembur. Jika tidak, aturan untuk mematikan komputer ini tidak ada artinya," ungkap seorang warganet bernama "Hir". (Xinhua/ant/dil/jpnn)