Perbankan Terus Berupaya Mendorong Investasi Nasabah Mikro
jpnn.com - SURABAYA - Investasi semestinya tidak hanya bisa dilakukan nasabah kaya, melainkan semua nasabah. Namun saat ini nasabah mikro memang masih jarang berinvestasi. Karena itu, perbankan mendorong aktivitas investasi tersebut dengan menjadi agen produk investasi.
Namun, hal itu bukanlah hal yang mudah. Regional CEO PT Bank Mandiri Tbk Jawa III Agus Haryoto Widodo menyatakan, investasi pada nasabah mikro masih tradisional, yakni dengan memiliki emas.
Padahal, banyak instrumen investasi lain yang bisa dibeli lewat bank tempat mengambil kredit mikro maupun kredit usaha rakyat (KUR).
''Mereka (nasabah mikro) itu sederhana. Investasinya masih di tanah, emas, kalau enggak, ya properti,'' ujarnya kemarin (25/10). Makanya, selain edukasi, tantangannya terletak pada profil risikonya. Kebanyakan nasabah mikro sangat konservatif terhadap aset yang dimiliki.
''Ketika usahanya lancar, mereka tidak berpikir ekspansi dan ambil kredit. Ketika punya uang banyak pun, mereka hanya menabung dan tidak berpikir investasi,'' katanya. Bank Mandiri juga mendorong nasabah mikro untuk menabung lewat tabungan mikro.
Tabungan tersebut baru diluncurkan awal tahun lalu dan ditargetkan mampu mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK) Rp 1 triliun hingga akhir 2015. Menurut Agus, nasabah yang menabung tersebut berasal dari berbagai profesi. Misalnya, tukang jamu gendong, penjual sayur keliling, tukang bakso, dan sebagainya.
''Kami juga menawarkan reksa dana mikro dan asuransi mikro. Yang paling kami targetkan sih asuransi mikro karena usaha mikro kan risikonya tinggi,'' kata Agus.
Asuransi mikro, meski tidak termasuk instrumen investasi, dibutuhkan proteksi lapak dan aset usaha nasabah mikro. Jadi, produk itulah yang paling masif dipasarkan perseroan sebagai agen penjual.