Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Perdebatan Hangat Malah saat Menyensor Film Religi

Selasa, 23 September 2014 – 08:23 WIB
Perdebatan Hangat Malah saat Menyensor Film Religi - JPNN.COM
SENIOR: Sudiono, operator di LSF, sehari-harinya menyiapkan film-film baru yang dimohonkan untuk dilakukan penyensoran. Foto: Dody Bayu Prasetyo/Jawa Pos

Ruangan tersebut merupakan tempat kerja operator saat memutar film ke layar untuk ditonton tim penyensor. Lima kursi dan ruangan itu dibatasi sebuah tembok yang terpasang tiga kaca ukuran besar semacam jendela untuk tempat lewatnya sinar proyektor film ke layar. Selain itu, operator bisa mengintip keadaan di ruang studio utama melalui jendela.

Di balik jendela yang ada ruang sempit tersebut terdapat dua mesin pemutar pita film (seluloid) yang sudah jarang dipakai, namun masih berfungsi dengan baik. Juga, sebuah mesin pemutar film teranyar, DCP (digital cinema package) merek Kinoton.

”Mesin buatan Jerman itu berfungsi menyimpan film-film yang belum disensor untuk ditampilkan ke layar,” terang Sudiono yang saat itu tengah sibuk meng-upload sejumlah film ke dalam DCP, antara lain, Yang Ketu7uh dan dua film Bollywood berjudul Dewaat dan Khoobsurat.

Di lantai yang sama, LSF punya ruang bioskop sendiri yang luas. Ruang bioskop yang diisi sekitar 80 kursi penonton tersebut sangat nyaman. Kursinya pun bisa disejajarkan dengan kursi bioskop di XXI atau Blitz. Empuk. Namun, ukuran layarnya hampir separo lebih kecil daripada layar yang dimiliki XXI atau Blitz.

Bioskop milik LSF tersebut difungsikan untuk nonton bareng para pejabat negara atau para mahasiswa yang melakukan study tour ke sana. ”Bisa juga dipakai untuk rapat-rapat besar,” tutur Sudiono.

Sudiono yang bertahun-tahun terlibat dalam penyensoran film menceritakan bahwa selama penyensoran, studio tersebut harus steril dari orang-orang yang tidak berkepentingan. Juga, tidak boleh ada suara gaduh yang terdengar hingga ke luar studio.

Sebab, pihak-pihak yang terlibat dalam penyensoran dituntut harus betul-betul teliti memperhatikan scene demi scene dalam film yang diputar. Durasi film yang ditonton untuk sebuah film yang tayang di bioskop beragam, bisa dua hingga tiga jam.

”Makanya, harus konsentrasi biar nggak ada yang terlewat. Kalau perlu, pintu studio saya kunci,” ujar bapak satu anak tersebut.

MESKI hanya muncul beberapa detik di layar, tulisan Telah Lulus Sensor adalah tiket untuk sebuah film baik sekelas Hollywood maupun FTV agar bisa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close