Perempuan Hamil jadi Otak Pembunuhan Keji
Nah, polisi mencium penentuan lokasi pesta miras yang gelap dan agak jauh dari permukiman tersebut sebagai sesuatu yang tidak wajar. Kejanggalan berikutnya, saat akan pergi dari lokasi dan minuman tinggal sedikit, banyak SMS dan telepon yang masuk ke handphone Holifa. Selanjutnya, saat berpapasan dengan pelaku, Holifa meminta berhenti dengan alasan ingin kencing dan ngotot minta diantar ke Fauzi, teman korban.
''Kenapa kencing kok malah minta antar teman korban? Bukan minta diantar pacar sendiri,'' jelas sumber. Dengan kecurigaan tersebut, polisi pun menginterogasi Holifa secara mendalam.
Awalnya, Holifa yang kini hamil tiga bulan bersikukuh tidak mengetahui kasus itu. Namun, petugas tidak percaya begitu saja. Akhirnya, Holifa tak kuasa menutupi sandiwaranya bahwa dirinya terlibat dalam kasus pembantaian itu.
Menurut Holifa, dirinya kesal dan sakit hati kepada korban karena pernah diolok-olok. ''Dia ngata-ngatain saya macem-macem,'' kata Holifa yang berstatus tersangka.
Karena kekesalan itulah Holifa berencana merampas sepeda motor korban yang notabene pacarnya sendiri. Untuk memuluskan rencananya, Holifa meminta bantuan Nurhadi, 34, dan Didik Mulyono, 20. Keduanya adalah warga Dusun Koto'an, Desa/Kecamatan Jatiroto, Lumajang.
Holifa mengatur strategi di rumah temannya, Umi Ahadiyah, 32, warga Dusun Nyioran, Desa/Kecamatan Jatiroto, Lumajang. Bahkan, Umi yang sudah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka ikut memberikan ide untuk memuluskan aksi tersebut. Setelah rencana matang, skenario dilakukan dan korban pun dibantai.
Menurut Holifa, awalnya tidak ada rencana untuk membunuh korban. ''Saya awalnya hanya menyuruh merampas motornya, tapi entah kenapa mereka (Nurhadi dan Didik Mulyono, Red) membunuh korban,'' kilah Holifa.
Akhirnya, kedua pelaku ditemukan dalam satu rumah milik tersangka Umi. Mengetahui kedatangan petugas, Nurhadi dan Didik berusaha kabur.