Perempuan-Perempuan Friwen Raja Ampat Full Senyum di Tengah Lebatnya Hutan Mangrove
Namun, Loesye tidak mau berlama-lama diam larut dalam kesedihan. Dia bergerak. Semangat.
Dia menyadari bahwa aksi penebangan terjadi karena warga memang belum tahu manfaat mangrove.
Loesye memutuskan berhenti bekerja di sebuah hotel. Pulang kampung, memberi porsi waktu yang cukup untuk menyatu bersama warga Friwen.
“Saya tinggal bersama mereka, melakukan pendekatan kepada masyarakat.”
“Mereka punya keinginan berubah, tetapi tidak tahu mulai dari mana,” begitu kesimpulan Loesye setelah menyelami kehidupan warga di kampung halamannya, di tepian laut yang indah.
Dengan penuh kesabaran, Loesye yang mendapat dukungan dari Ketua Adat Kampung Friwen, Hengki Wawiyay, melakukan pelatihan penanaman mangrove.
Aksi nyata perempuan kuat dari Friwen itu disambut antusias mama-mama setempat. Mereka mulai melakukan penanaman.
Semangat makin membara lantaran mendapat bantuan dari BRGM dan juga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupa lahan seluas 60 hektar.