Perempuan Rohingya Diperkosa Tentara secara Brutal
Utusan Khusus PBB untuk Kekerasan Seksual Pramila Patten mengaku sangat prihatin dengan operasi keamanan di Rakhine, Myanmar.
Menurut dia, semua korban pemerkosaan menganggap bahwa kekerasan seksual yang diterima adalah alat yang dipakai militer untuk membuat mereka pergi dari kampung halamannya.
Sejauh ini, penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi tidak berkomentar apa pun. Tapi, pada 2011 dia pernah membuat pernyataan yang serupa dengan tudingan para korban pemerkosaan itu.
”Itu (kekerasan seksual) digunakan sebagai senjata oleh pasukan bersenjata untuk mengintimidasi etnis dan memecah belah negara kita,” ujarnya kala itu saat diwawancarai jurnalis tentang kekerasan seksual saat terjadi konflik.
Zaw Htay, juru bicara Suu Kyi, menegaskan bahwa pemerintah akan menyelidiki kasus tersebut. Menurut dia, para korban pemerkosaan seharusnya mengadu kepada pemerintah.
”Kami akan melindungi mereka sepenuhnya. Kami akan menyelidiki dan mengambil tindakan,” tegasnya.
Sementara itu, militer Myanar menemukan kuburan yang berisi jenazah 28 penduduk Hindu di desa Ye Baw Kya, Rakhine.
Mereka diduga telah dibunuh militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) saat konflik kali pertama terjadi. Sebanyak 20 korban tewas adalah perempuan dan 8 lainnya laki-laki.