Peringati Sumpah Pemuda, PDIP Gelar Wayang Kulit, Harap Pemuda Makin Optimistis Hadapi Covid-19
jpnn.com, JAKARTA - Badan Kebudayaan Nasional (BKN) Pusat PDI Perjuangan menggelar wayang kulit secara virtual pada Selasa (27/10) malam, dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda.
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengharapkan pagelaran ini bisa memacu semangat pemuda dalam berbagai aspek.
Pagelaran wayang kulit ini didalangi oleh Ki Seno Nugroho dengan lakon Sirnaning Pedhut Ngamartha itu. Temanya ialah Kuatkan Semangat Gotong Royong dan Optimisme Pemuda Mengatasi Pandemi Covid-19. Acara ini juga diramaikan oleh pelawak seperti Cak Lontong, Akbar, Marwoto, dan Tatok.
Pagelaran wayang kulit ini sendiri dibuka Ketua BKN Pusat PDI Perjuangan Aria Bima dan politisi Rano Karno dengan orasi. Dalam orasinya, mereka mengisahkan bahwa pemuda zaman dulu bersatu dan menolak terbelah, mengatakan tidak ada perpecahan. Pada 28 Oktober 1928, ikrar Sumpah Pemuda disuarakan dan janji setia kepada Indonesia diucapkan dengan lantang.
“Hari itu kita bertekad bersumpah menjunjung setinggi langit, bertumpah darah satu, berbangsa satu, berbahasa satu, Indonesia,” kata Rano.
Rano dalam orasinya menyebut, setelah itu sumpah tersebut kadang menemui jalan berbelok. Namun, para pendiri bangsa memberikan teladan betapa pun perbedaan itu ada, tak semestinya membuat Indonesia tercerai berai.
Oleh karena itu, Rano mengharapkan Sumpah Pemuda tak boleh diperingati hanya sebatas ritus tahunan. Sumpah Pemuda tak boleh hanya dikenal dengan slogan yang dikumandangkan dengan gemuruh tetapi berangsur-angsur kehilangan gairah.
“Sumpah Pemuda lahir dari pergulatan panjang, bertolak dari kesadaran membangun Indonesia merdeka, Indonesia yang bebas dari bentuk semua kolonialisme, penindasan, dan kemiskinan. Dari sana kita menyusun cita-cita agung tentang Indonesia adil, sentosa. Indonesia yang berdiri untuk semua,” kata Rano.